بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 36
Tak Terhingganya Khazanah Ruhani Al-Quran
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam akhir Bab 35 sebelumnya telah
dikemukakan sehubungan khazanah
ilmu pengetahuan yang terkandung di alam
semesta dan juga Al-Quran,
karena di dalam keduanya terkandung
khazanah-khazanah tak terbatas pengetahuan Allah Swt. yang disediakan bagi
kepentingan makhluknya, terutama manusia, agar dengan perantaraan pengetahuan akan kesempurnaan tatanan alam semesta serta hukum-hukum
yang meliputinya maka manusia akan dapat memahami keberadaan tatanan alam semesta keruhanian Al-Quran, firman-Nya:
لَوۡ کَانَ
فِیۡہِمَاۤ اٰلِہَۃٌ اِلَّا اللّٰہُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبۡحٰنَ اللّٰہِ رَبِّ الۡعَرۡشِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ لَا یُسۡـَٔلُ عَمَّا یَفۡعَلُ وَ ہُمۡ
یُسۡـَٔلُوۡنَ ﴿﴾
Seandainya di dalam keduanya yakni langit
dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah pasti binasalah
kedua-duanya, maka Maha Suci Allah Tuhan ‘Arasy itu, jauh di atas segala
yang mereka sifatkan. Dia
tidak akan ditanya mengenai apa yang Dia kerjakan, sedangkan mereka akan ditanya. (Al-Anbiyā [21]:23-24).
Menolak Kemusyrikan &
Kesempurnaan Al-Quran
Ayat ini merupakan dalil yang jitu dan pasti untuk menolak kemusyrikan. Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan pun tidak
dapat menolak, bahwa suatu tertib yang
sempurna melingkupi dan meliputi seluruh alam raya. Tertib ini menunjukkan bahwa ada hukum yang seragam mengaturnya, dan keseragaman hukum-hukum
membuktikan keesaan Pencipta
dan Pengatur
alam raya.
Seandainya ada Tuhan lebih
dari satu tentu lebih dari satu hukum
akan mengatur alam — sebab adalah perlu bagi suatu wujud tuhan untuk
menciptakan alam-semesta dengan peraturan-peraturannya yang khusus — dan dengan
demikian sebagai akibatnya kekalutan
dan kekacauan niscaya akan terjadi
yang tidak dapat dielakkan, serta seluruh
alam akan menjadi hancur berantakan.
Karena itu sungguh janggal faham “Trinitas” (Bapa, Anak, Rohul Kudus) yang
mengatakan bahwa tiga tuhan yang
sama-sama sempurna dalam segala segi, bersama-sama
merupakan pencipta dan pengawas bagi alam raya.
Ayat ini menunjuk kepada sempurnanya dan
lengkapnya tata-tertib alam raya,
sebab itu mengisyaratkan kepada kesempurnaan Pencipta dan Pengaturnya,
dan mengisyaratkan pula kepada keesaan-Nya. Ayat ini berarti bahwa kekuasaan Allah Swt. mengatasi segala
sesuatu, sedang semua wujud dan barang lainnya tunduk kepada kekuasaan-Nya.
Hal ini merupakan dalil lain yang menentang kemusyrikan.
Demikian juga halnya dengan kesempurnaan tatanan Al-Quran dalam segala seginya, memiliki kesejajaran dengan kesempurnaan tatanan alam semesta, firman-Nya:
اَفَلَا یَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ؕ وَ لَوۡ کَانَ مِنۡ عِنۡدِ غَیۡرِ اللّٰہِ لَوَجَدُوۡا
فِیۡہِ اخۡتِلَافًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Maka tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan seandainya Al-Quran ini berasal dari sisi yang bukan-Allah,
niscaya mereka akan mendapati banyak
pertentangan di dalamnya.
(Al-Nisā [4]:83).
“Pertentangan” dapat mengacu kepada
pertentangan-pertentangan dalam teks Al-Quran dan ajaran-ajaran yang terkandung
di dalamnya; atau kepada ketidakadaan persesuaian antara nubuatan-nubuatan yang
tersebut dalam Al-Quran dengan hasil atau penggenapan nubuatan-nubuatan itu.
Para Mujaddid di Setiap Abad
&
Rasul Akhir Zaman
Jadi, sebagaimana halnya Allah Swt. dalam memenuhi berbagai kebutuhan jasmani dan intelektual manusia secara bertahap membukakan khazanah-khazanah pengetahuan baru alam semesta, demikian pula halnya dengan khazanah-khazanah Al-Quran setelah Nabi
Besar Muhammad saw. wafat akan terus
dibukakan Allah Swt. terutama melalui para wali
Allah atau para mujaddid yang ada
di setiap abad, sedangkan di Akhir Zaman
ini adalah melalui Rasul Akhir Zaman
atau Al-Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s., karena
kepada rasul Allah inilah Allah Swt.
membukakan rahasia-rahasia-Nya,
firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا
﴿ۙ﴾
اِلَّا
مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ
بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ
عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui
yang gaib, maka Dia tidak
men-zahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka
sesungguhnya barisan pengawal berjalan
di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa
sungguh mereka telah menyampaikan
Amanat-amanat Tuhan mere-ka, dan
Dia meliputi semua yang ada pada mereka
dan Dia membuat perhitungan mengenai
segala sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29).
Ungkapan, “izhhar ‘ala
al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara
berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa
dan kejadian yang sangat penting. Yang tidak akan pernah berubah dari Al-Quran adalah kedudukannya sebagai syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4), firman-Nya:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas,
dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr
[15]:22).
Allah Swt. memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai
dengan rahmat-Nya yang tidak
berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang
tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan
yang sesungguhnya akan benda itu.
Tak Terhingganya Khazanah Keruhanian Al-Quran
Seperti halnya alam semesta
kebendaan, Al-Quran merupakan alam semesta keruhanian, di mana
tersembunyi khazanah-khazanah ilmu
keruhanian yang dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman. Firman-Nya
lagi:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ
لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ
کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ
لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "Seandainya lautan
menjadi tinta untuk menuliskan
kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscaya lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan,
sekalipun Kami mendatangkan sebanyak itu
lagi sebagai tambahannya (Al-Kahf [18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ
مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ
اَقۡلَامٌ وَّ الۡبَحۡرُ یَمُدُّہٗ
مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ اَبۡحُرٍ مَّا نَفِدَتۡ کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿ ﴾
Dan seandainya pohon-pohon di bumi ini menjadi pena dan laut ditambahkan kepadanya sesudahnya tujuh laut menjadi tinta, kalimat Allāh sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28).
Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa
Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh
puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi
Besar Muhammad saw. ayat penutup dari 10
ayat terakhir Surah Al-Kahf yang sedang dibahas dalam rangka mengenali fitnah Dajjal, firman-Nya:
قُلۡ اِنَّمَاۤ اَنَا بَشَرٌ مِّثۡلُکُمۡ یُوۡحٰۤی اِلَیَّ اَنَّمَاۤ اِلٰـہُکُمۡ اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَمَنۡ کَانَ یَرۡجُوۡا لِقَآءَ رَبِّہٖ فَلۡیَعۡمَلۡ عَمَلًا
صَالِحًا وَّ لَا یُشۡرِکۡ بِعِبَادَۃِ رَبِّہٖۤ اَحَدًا ﴿ ﴾٪
Katakanlah: ”Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia
seperti kamu, tetapi telah diwahyukan
kepadaku bahwa Tuhan-mu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, maka barangsiapa mengharap akan bertemu
dengan Tuhan-nya hendaklah ia beramal
shalih dan ia jangan mepersekutukan siapa pun dalam beribadah
kepada Tuhan-nya." (Al-Kahf
[18]:111)
Nabi
Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah
bersabda bahwa pembacaan 10 ayat pertama dan 10 ayat terakhir Surah ini
menjamin keselamatan seseorang terhadap serangan-serangan
ruhani dari Dajjal. Hal itu
menunjukkan bahwa Dajjal dan Ya’juj (Gog) serta Ma’juj (Magog) adalah
bangsa itu-itu juga, yaitu bangsa-bangsa
Kristen dari barat.
Kata Dajjal
menggambarkan propaganda keagamanan
mereka yang membawa kemudaratan
kepada Islam, sedang Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) menggambarkan kekuatan dan kekuasaan mereka di bidang kebendaan
dan politik, yang di Akhir Zaman ini dijadikan sarana oleh Allah Swt. untuk menghukum umat Islam (Bani Isma’il),
sebagaimana yang terjadi sebelumnya pada Bani
Israil (QS.17:5-8).
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 20 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar