Jumat, 10 Agustus 2012

Tak Terhingganya Khazanah Ruhani Al-Quran





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 36


Tak Terhingganya Khazanah Ruhani Al-Quran

                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  akhir Bab 35 sebelumnya telah dikemukakan  sehubungan  khazanah ilmu pengetahuan yang terkandung di alam semesta dan juga Al-Quran, karena  di dalam keduanya terkandung khazanah-khazanah tak terbatas pengetahuan Allah Swt. yang disediakan bagi kepentingan makhluknya, terutama manusia, agar dengan perantaraan pengetahuan akan kesempurnaan tatanan alam semesta serta hukum-hukum yang meliputinya maka manusia akan dapat memahami keberadaan tatanan alam semesta keruhanian Al-Quran, firman-Nya:
لَوۡ  کَانَ فِیۡہِمَاۤ  اٰلِہَۃٌ  اِلَّا اللّٰہُ  لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبۡحٰنَ اللّٰہِ  رَبِّ الۡعَرۡشِ عَمَّا  یَصِفُوۡنَ ﴿﴾  لَا  یُسۡـَٔلُ  عَمَّا  یَفۡعَلُ  وَ  ہُمۡ  یُسۡـَٔلُوۡنَ ﴿﴾
Seandainya di dalam keduanya yakni langit dan bumi   ada tuhan-tuhan selain Allah pasti binasalah kedua-duanya, maka Maha Suci Allah  Tuhan ‘Arasy itu, jauh di atas segala yang mereka sifatkan.  Dia tidak akan ditanya mengenai apa yang Dia kerjakan,  sedangkan mereka  akan ditanya.  (Al-Anbiyā [21]:23-24).

Menolak Kemusyrikan &
Kesempurnaan Al-Quran

       Ayat ini merupakan dalil yang jitu dan pasti untuk menolak kemusyrikan. Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan pun tidak dapat menolak, bahwa suatu tertib yang sempurna melingkupi dan meliputi seluruh alam raya. Tertib ini menunjukkan bahwa ada hukum yang seragam mengaturnya, dan keseragaman hukum-hukum membuktikan keesaan Pencipta dan Pengatur alam raya.
     Seandainya ada Tuhan lebih dari satu tentu lebih dari satu hukum akan mengatur alam — sebab adalah perlu bagi suatu wujud tuhan untuk menciptakan alam-semesta dengan peraturan-peraturannya yang khusus — dan dengan demikian sebagai akibatnya kekalutan dan kekacauan niscaya akan terjadi yang tidak dapat dielakkan, serta seluruh alam akan menjadi hancur berantakan. Karena itu sungguh janggal  faham “Trinitas” (Bapa, Anak, Rohul Kudus) yang mengatakan bahwa tiga tuhan yang sama-sama sempurna dalam segala segi, bersama-sama merupakan pencipta dan pengawas bagi alam raya.
     Ayat ini menunjuk kepada sempurnanya dan lengkapnya tata-tertib alam raya, sebab itu mengisyaratkan kepada kesempurnaan Pencipta dan Pengaturnya, dan mengisyaratkan pula kepada keesaan-Nya. Ayat ini berarti bahwa kekuasaan Allah Swt. mengatasi segala sesuatu, sedang semua wujud dan barang lainnya tunduk kepada kekuasaan-Nya. Hal ini merupakan dalil lain yang menentang kemusyrikan.
 Demikian juga halnya dengan kesempurnaan tatanan Al-Quran dalam segala seginya, memiliki kesejajaran dengan kesempurnaan tatanan alam semesta, firman-Nya:
اَفَلَا یَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ؕ وَ لَوۡ  کَانَ مِنۡ عِنۡدِ غَیۡرِ اللّٰہِ لَوَجَدُوۡا فِیۡہِ اخۡتِلَافًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Maka  tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan seandainya  Al-Quran ini  berasal dari sisi yang bukan-Allah, niscaya mereka akan mendapati banyak pertentangan di dalamnya.  (Al-Nisā [4]:83).
      “Pertentangan” dapat mengacu kepada pertentangan-pertentangan dalam teks Al-Quran dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya; atau kepada ketidakadaan persesuaian antara nubuatan-nubuatan yang tersebut dalam Al-Quran dengan hasil atau penggenapan nubuatan-nubuatan itu.

Para Mujaddid di Setiap Abad  &
Rasul Akhir Zaman

     Jadi, sebagaimana halnya Allah Swt.  dalam memenuhi berbagai kebutuhan jasmani dan intelektual manusia secara bertahap membukakan khazanah-khazanah pengetahuan baru    alam semesta, demikian pula halnya dengan khazanah-khazanah Al-Quran setelah Nabi Besar Muhammad saw. wafat akan terus dibukakan Allah Swt. terutama melalui para wali Allah atau para mujaddid yang ada di setiap abad, sedangkan di Akhir Zaman ini adalah melalui Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., karena kepada rasul Allah inilah Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia-Nya, firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾   اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak men-zahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Tuhan mere-ka,  dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu.  (Al-Jin [72]:27-29).
       Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Yang tidak akan pernah berubah dari Al-Quran adalah kedudukannya sebagai syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4), firman-Nya:
وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.  (Al-Hijr [15]:22). 
      Allah Swt.  memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu.

Tak Terhingganya Khazanah Keruhanian Al-Quran

      Seperti halnya alam semesta kebendaan, Al-Quran merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian yang dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman. Firman-Nya lagi:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan, sekalipun Kami mendatangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya (Al-Kahf [18]:110).  
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿ ﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut    ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh  laut menjadi tinta,  kalimat Allāh sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28).
       Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.
    Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. ayat penutup dari  10 ayat terakhir Surah Al-Kahf  yang sedang dibahas dalam rangka mengenali fitnah Dajjal, firman-Nya:
قُلۡ اِنَّمَاۤ  اَنَا بَشَرٌ  مِّثۡلُکُمۡ  یُوۡحٰۤی  اِلَیَّ اَنَّمَاۤ  اِلٰـہُکُمۡ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ ۚ فَمَنۡ کَانَ یَرۡجُوۡا لِقَآءَ رَبِّہٖ فَلۡیَعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًا وَّ لَا یُشۡرِکۡ بِعِبَادَۃِ  رَبِّہٖۤ  اَحَدًا ﴿ ﴾٪   
Katakanlah: ”Sesungguh­nya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, tetapi telah diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan-mu adalah Tuhan Yang Maha Esa,   maka barangsiapa mengharap akan bertemu  dengan Tuhan-nya hendaklah ia beramal shalih dan ia jangan  meper­sekutukan siapa pun dalam ber­ibadah kepada Tuhan-nya."  (Al-Kahf [18]:111) 
    Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda bahwa pembacaan 10 ayat pertama dan 10 ayat terakhir Surah ini menjamin keselamatan seseorang terhadap serangan-serangan ruhani dari Dajjal. Hal itu menunjukkan bahwa Dajjal dan Ya’juj (Gog) serta Ma’juj  (Magog) adalah bangsa itu-itu juga, yaitu bangsa-bangsa Kristen dari barat.
   Kata Dajjal menggambarkan propaganda keagamanan mereka yang membawa kemudaratan kepada Islam, sedang Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) menggambarkan kekuatan dan kekuasaan mereka di bidang kebendaan dan politik, yang di Akhir Zaman ini dijadikan sarana oleh Allah Swt. untuk menghukum umat Islam (Bani Isma’il), sebagaimana yang terjadi sebelumnya pada Bani Israil (QS.17:5-8).


(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 20 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar