Selasa, 07 Agustus 2012

Gerakan "AL-WASIYAT" & "Pekuburan Surgawi"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 33

Gerakan "AL-WASIYAT"
 &  
"Pekuburan Surgawi"

                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   akhir Bab 31 sebelumnya telah dikemukakan  mengenai kegagalan misi duniawi Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) atau bangsa-bangsa penganut system kapitalisme dan bangsa-bangsa  penganut system sosialisme.   Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai kegagalan total upaya-upaya duniawi bangsa-bangsa yang disebut  gunung-gunung” – yakni Ya’juj (Gog) – dan bangsa-bangsa yang disebut “bumi” – yakni Ma’juj (Gog), firman-Nya:
وَ یَوۡمَ یَقُوۡلُ نَادُوۡا شُرَکَآءِیَ  الَّذِیۡنَ زَعَمۡتُمۡ فَدَعَوۡہُمۡ فَلَمۡ یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَہُمۡ وَ جَعَلۡنَا بَیۡنَہُمۡ  مَّوۡبِقًا ﴿﴾  وَ رَاَ الۡمُجۡرِمُوۡنَ النَّارَ فَظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ مُّوَاقِعُوۡہَا وَ لَمۡ  یَجِدُوۡا عَنۡہَا مَصۡرِفًا ﴿٪﴾
Dan ingatlah hari  ketika Dia akan berfirman kepada mereka:  "Panggillah mereka yang kamu anggap sekutu-sekutu-Ku." Lalu mereka  akan memanggil mereka itu  tetapi mereka itu tidak akan men­jawabnya  dan Kami menjadikan di antara mereka suatu penghalang.    Dan  orang-orang yang berdosa akan melihat Api itu, dan meya-kini bahwa sesungguhnya mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak akan dapat menemukan  tempat berpaling darinya.  (Al-Kahf [18]:53-54).
        Kalimat “Kami menjadikan di antara mereka suatu penghalang dapat berarti, bahwa bangsa-bangsa itu dalam rangka mengambil keuntungan sebesar-besarnya akan membangun dinding-dinding peraturan harga-harga barang yang tinggi atau akan membuat tirai-tirai besi serta akan melakukan boikot ekonomi terhadap satu sama lain; dan dapat pula berarti mereka akan terlibat dalam peperangan-peperangan sengit yang akan membinasakan mereka.
    Bangsa-bangsa kafir dari barat  -- yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) -- akan menyaksikan mendekatnya suatu peperangan yang sangat dahsyat, yakni Perang Dunia. Mereka akan mempergunakan segala macam cara yang mungkin untuk menghindarinya, tetapi segala rencana dan usaha mereka untuk tujuan itu akan terbukti sia-sia belaka.
 Dunia Barat sebelumnya telah melalui kesengsaraan yang ditimbulkan oleh dua  perang dunia yang sangat membinasakan, yang telah hampir-hampir memusnahkan kekuasaan politik dan kehormatan mereka di dunia, serta telah menggoncangkan kebudayaan barat sampai ke dasar-dasarnya. Malapetaka ketiga – yakni Perang Dunia III atau Perang Nuklir -- sedang mengancam kebudayaan itu, mungkin juga mengancam seluruh dunia.

Perintah untuk “Masuk Surga”

      Merupakan Sunnatullah, bahwa Allah Swt. tidak pernah mengazab manusia  bagaimana pun sesat atau durhakanya mereka kepada Allah Swt.,    sebelum terlebih dulu Allah Swt. mengutus Rasul-Nya yang kedatangannya dijanjikan   kepada mereka (QS.17:16; QS.28:60),  agar mereka tidak memiliki dalih untuk menyalahkan Allah Swt. (QS.20:134-136).
           Begitu juga di Akhir Zaman ini, sebelum Perang Dunia I  (1914) dan Perang Dunia II (1945)  meletus, Allah Swt. telah mengutus    Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1885-1908) sebagai  Al-Masih Mau’ud a.s. atau sebagai Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama (QS.61:10; QS.77:12-20) atau “seorang-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” (QS.36:21-25). Selanjutnya ia berkata:
 اِنِّیۡۤ   اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ   فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ﴾   قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾   بِمَا غَفَرَ لِیۡ رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kamu  maka dengarlah aku. Dikatakan kepadanya:  Masuklah ke dalam surga.” Ia berkata: “Wahai alangkah baiknya jika kaum-ku mengetahui, karena apa Tuhan-ku telah mengampuniku dan telah menjadikan aku dari antara orang-orang yang dimuliakan.” (Yā Sīn [33]:26-28)  
       Penyebutan surga secara khusus dalam ayat ini sehubungan dengan rajulun yas’a (laki-laki yang berlari-lari) itu sangat penting artinya. Kalau kepada semua orang yang beriman sejati dalam Al-Quran telah dijanjikan surga, maka penyebutan secara khusus ini nampaknya berlebih-lebihan dan tidak pada tempatnya.
        Dalam rangka mewujudkan misi sucinya untuk  mewujudkan kejayaan agama Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10)  diperlukan biaya (dana) yang sangat besar, untuk itu  Pendiri Jemaat Ahmadiyah selain meminta pengorbanan harta dari para pengikut beliau berupa  berbagai bentuk candah (iuran), di antaranya adalah kewajiban para anggota Jemaat Ahmadiyah untuk membayar  1/16 bagian dari setiap penghasilannya yang halal, yang beliau beri nama Candah Am (iuran umum).
          Dengan semakin banyaknya biaya (dana) yang diperlukan di masa mendatang – diantaranya untuk (1) penerbitan buku-buku  serta berbagai karya tulis   beliau dalam membela serta mengemukakan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan  Nabi Besar Muhammad saw., (2) penerimaan tamu-tamu  yang mencari kebenaran agama Islam  di Qadian; (3) penyebaran mubaligin ke seluruh dunia;  (4) pembangunan mesjid-mesjid dan rumah-rumah missi, (5) penyebaran terjemahan dan tafsir Al-Quran dalam berbagai bahasa ke seluruh  dunia serta literature lainnya; maka atas perintah Allah Swt., Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  menulis sebuah buku yang beliau terakhir  yang beliau beri nama  AL-WASIYAT.

“Bahisyti Maqbarah” (Pekuburan Surgawi)

       Dalam buku tersebut selain mengemukakan mengenai ajal (jangka waktu) beliau yang telah mendekat, juga memberikan kabar gembira kepada para  pengikut beliau dengan akan munculnya Silsilah KHILAFAT AHMADIYAH, sebagaimana yang dijanjikan Allah Swt. sebelumnya (QS.22:56),  yang akan menerus kepemimpinan di lingkungan Jemaat Ahmadiyah sepeninggal beliau. 
       Dalam buku AL-WASIYAT pun dikemukakan juga tentang berbagai berbagai bentuk bencana dahsyat yang akan melandan seluruh dunia – termasuk di dalamnya Perang Dunia, sebagai akibat pendustaan dan penentangan umumnya umat manusia kepada Rasul Akhir Zaman, yakni Pendiri Jemaat Ahmadiyah
Dalam buku terakhir karya beliau tersebut dikemukakan juga  mengenai gerakan  pengorbanan harta yang diberi nama   AL-WASIYAT. Salah satu dari berbagai syarat bagi para pengikut beliau  -- yakni para Ahmadi -- yang ingin menggabungkan diri ke dalam gerakan AL-WASIYAT tersebut  -- -- selain harus meningkatkan ketakwaan  kepada Allah Swt. -- ialah  para pesertanya  wajib mengorbankan harta kekayaannya paling kecil 1/10 bagian  dan maksimal 1/3 bagian untuk kepentingan tabligh Islam (Al-Quran) ke seluruh dunia.  
       Gerakan AL-WASIYAT  ini, insya Allah,   di masa mendatang akan menjadi  dasar Sistem EKONOMI DUNIA,  menggantikan sistim  EKONOMI DUNIA  berdasarkan RIBA yang saat ini  membuat  negara-negara  besar  di dunia terpuruk ekonominya, termasuk negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Sebagai penghargaan atas orang-orang yang bergabung dalam gerakan AL-WASIYAT  yang diperintahkan Allah Swt. kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Allah Swt.  pun  telah memerintahkan kepada beliau secara khusus untuk menyediakan suatu lahan “pekuburan” (pemakaman) yang oleh beliau diberi nama  Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi).
        Menurut Pendiri Jemaat Ahmadiyah, “Pekuburan Surgawi” tersebut tidak dapat menjadikan siapa pun yang dikubur di sana secara otomatis menjadi  penghuni surga, melainkan “Pekuburan Surgawi” tersebut merupakan penghargaan dari Allah Swt. bagi  orang-orang Ahmadi yang  secara tulus ikhlas bergabung ke dalam gerakan Ppengorbanan AL-WASIYAT   untuk menjadi “penghuni surga”
    Dengan demikian  Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi)  merupakan penyempurnaan secara fisik bagi wahyu Ilahi kepada beliau   yang terkandung dalam kata-kata, “Inni anzaltu ma’aka al-jannah,” artinya, “Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau” (Tadzkirah). Dengan demikian nubuatan dalam wahyu Ilahi tersebut    mendukung penjelasan  firman Allah Swt. dalam Surah Yā Sīn ayat 27 sebelum ini: “Dikatakan:  “Masuklah ke dalam surga.”

Peringatan Terhadap Bangsa-bangsa  yang
Mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

        Setelah menjelaskan tentang “karunia khusus” Allah Swt. kepada  Rasul Akhir Zaman dan para pengikutnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَاۤ  اَنۡزَلۡنَا عَلٰی قَوۡمِہٖ مِنۡۢ  بَعۡدِہٖ مِنۡ جُنۡدٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَ مَا کُنَّا مُنۡزِلِیۡنَ ﴿۲۸﴾  اِنۡ کَانَتۡ  اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً  فَاِذَا ہُمۡ خٰمِدُوۡنَ ﴿﴾  
Dan Kami sekali-kali tidak menurunkan suatu lasykar dari langit atas kaumnya sesudah dia, dan Kami sekali-kali tidak  pernah menurunkannya.   Itu tidak lain melainkan suatu ledakan dahsyat, tiba-tiba musnahlah  mereka. (Yā Sīn [33]:29-30).
      Lukisan kalimat “Itu tidak lain melainkan suatu ledakan dahsyat, tiba-tiba musnahlah  mereka“ nampaknya  bertalian dengan Parang Dunia I dan Perang Dunia II  ketika berjatuhan  granat-granat, bom-bom bakar dan bom-bom atom dengan suara menggelegar. Api yang ditimbulkan oleh bom-bom itu membinasakan segala sesuatu yang ditimpanya sehingga menjadi puing-puing, dan segala kehidupan sejauh bermil-mil di sekitarnya menjadi lenyap. Di tempat lain Al-Quran melukiskan azab ini dengan kata-kata:
اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾
 Dan  Kami akan menjadikan  segala yang ada di atasnya menjadi tanah rata yang tandus” (Al-Kahf [18]:9).
        Ayat Al-Quran tersebut merupakan lanjutan dari firman Allah Swt. tentang peringatan Allah Swt. kepada bangsa-bangsa Kristen  dari barat  -- yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) -- yang mengatakan bahwa  -- na’udzubillahi min dzaalik -- “Allah telah mengambil seorang anak laki-laki”, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ  وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡ  لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾  قَیِّمًا  لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ  لَہُمۡ  اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾  مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾   وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾   فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا ﴿﴾   اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾   وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا  ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala puji bagi Allah  Yang  telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan   Dia  tidak menjadikan baginya ke­bengkokan.   Sebagai penjaga    untuk memberi peringatan mengenai  siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan kabar suka kepada orang-orang  beriman  yang beramal shalih bahwa sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang baik,  mereka kekal di dalamnya.   Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak lelaki.” Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya.  Sangat besar bahaya perkataan yang keluar dari mulut mereka,   mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan.     Maka sangat mungkin engkau akan  membinasakan diri engkau  karena sangat sedih jika mereka tidak ber-iman kepada keterangan ini.   Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi per­hiasan  baginya   supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.    Dan sesungguhnya Kami nis-caya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus.  (Al-Kahf [18]:1-9).

(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 18 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma



Tidak ada komentar:

Posting Komentar