Rabu, 01 Agustus 2012

Nabi Yehezkiel a.s. (Dzulkifli a.s.) & Kehancuran Yerusalem yang Pertama



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bagian 26

 Nabi Yehezkiel a.s. (Dzulkifli a.s.) &
Kehancuran Yerusalem yang Pertama 
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam Bab 25 telah dikemukakan mengenai pewarisan “negeri yang dijanjikan” (Palestina) kepada umat Islam, sebagai realisasi janji  dan ketetapan Allah Swt. yang sebelumnya telah terjadi kepada Bani Israil setelah Nabi Musa a.s. wafat, karena pada waktu itu Bani Israil adalah sebagai “kaum terpilih” yang akan mewarisi “negeri yang dijanjikan   yakni Kanaan atau Palestina, firman-Nya:
وَّ قُلۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ  لِبَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ اسۡکُنُوا الۡاَرۡضَ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  جِئۡنَا بِکُمۡ  لَفِیۡفًا ﴿﴾ؕ
Dan setelah dia (Fir’aun), Kami berfirman kepada Bani Israil:  Tinggallah di negeri yang dijanjikan itu, dan apabila janji mengenai akhir zaman tiba  Kami akan menghimpun kamu semuanya dari antara berbagai bangsa.”(Bani Israil [17]:105).
       Ada pun janji pewarisan “negeri yang dijanjikan” yanga pertama kepada umat Islam (Bani Isma’il)   adalah setelah Allah Swt. membangkitkan Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.62:3) guna menggantikan kedudukan Bani Israil, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. (Al-Anbiyā [21]:106).

Peringatan Allah Swt. kepada Umat Islam (Bani Isma’il)

        Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda mengenai adanya persamaan antara umat Islam (Bani Isma’il)  dengan Bani Israil (Yahudi dan Nasrani),  persmaan tersebut menurut beliau saw. seperti  persamaan “sepasang sepatu”, baik mengenai hal-hal yang positif mau pun hal-hal yang negatif.
Persamaan tersebut mencakup juga dalam hal azab besar yang menimpa kedua bangsa  keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut. Berikut   adalah firman Allah Swt. mengenai 2 bencana besar  atau hukuman Allah Swt. yang telah  menimpa Bani Israil, dan merupakan peringatan dari Allah Swt. kepada Bani Isma’il (umat Islam), firman-Nya:
 وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلٰی بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ  وَ لَتَعۡلُنَّ  عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾   فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا
Dan telah Kami tetapkan dengan jelas kepada Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya  kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi ini dua kali,  dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar.”   Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana. (Bani Israil [17]:5-6).

Kutukan Nabi Daud a.s. dan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

        Dua kedurhakaan Bani Israil yang tersebut dalam kitab Musa a.s. (Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15) disinggung dalam ayat ini. Mereka – yakni  di antara Bani Israil, yang tidak beriman -- telah dua kali dikutuk,  yaitu pertama oleh Nabi Daud a.s. dan yang kedua dikutuk oleh Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:79), dan sebagai akibatnya Bani Israil telah dihukum pula dua kali, yang pertama terjadi setelah  Nabi Daud a.s. dan Sulaiman a.s., dan yang hukuman kedua setelah mereka berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (QS.4:157-199), firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾   کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾   تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,  hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.    Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya,  benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan.   Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir  sebagai  pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal.  (Al-Maidah [79-81).
         Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s.   dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mencapai puncaknya, ketika beliau berusaha dibunuh melalui pemakuan pada  kayu salib, sedangkan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s.  – Pendiri kerajaan Bani Israil yang luas dan kuat  --  dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Marfyam a.s.  mengutuk mereka.

Dua Kali Penghancuran Kota Yerusalem  

        Kutukan Nabi Daud a.s. mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar, yang menghancurluluhkan kota Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus, Panglima balatentara Romawi,  yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu.
         Salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan kemurkaan Allah Swt. atas kaum Yahudi ialah – selain senantiasa menyakiti para rasul Allah yang dibangkitkan di  kalangan mereka (QS.2:88-89; QS.61:6) -- mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
Kembali kepada firman Allah Swt. sebelumnya mengenai 2 hukuman Allah Swt.  yang telah menimpa Bani Israil:
 وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلٰی بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ  وَ لَتَعۡلُنَّ  عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾   فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا
Dan telah Kami tetapkan dengan jelas kepada Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya  kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi ini dua kali,  dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar.”   Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana. (Bani Israil [17]:5-6).

Serbuan dahsyat Balatentara Nebukadnezar
Dari Kerajaan Babilonia

        Azab Ilahi yang pertama menimpa Bani Israil sesudah Nabi Daud a.s. dan yang kedua sesudah Nabi Isa a.s. Nampak dari Bible, bahwa sesudah Nabi Musa a.s., orang-orang Yahudi telah menjadi suatu bangsa yang amat kuat, dan di masa Nabi Daud a.s. mereka meletakkan dasar suatu kerajaan kuat, yang setelah wafatnya pun, untuk beberapa waktu terus berlanjut kejayaan dan kemuliaan-nya semula. Kemudian kerajaan itu menjadi sasaran kemunduran yang berangsur-angsur, dan pada sekitar 733 s.M. Samaria ditaklukkan oleh bangsa Assiria, yang mencaplok seluruh daerah Israil di sebelah utara Yezreel. Pada tahun 608 s.M., Palestina telah dilanda oleh satu lasykar Mesir di bawah Firaun Necho, dan Bani Israil takluk kepada kekuasaan Mesir (Yewish  Encycpopaedia, Jilid 6, halaman 665).
        Tetapi hilangnya kekuasaan duniawi mereka serta kehancuran dan ketelantaran mereka tidak mendorong mereka untuk memperbaiki cara-cara mereka. Mereka dengan gigih bertahan pada cara-cara buruk mereka yang lama. Nabi Yermiah a.s., memperingatkan mereka supaya meninggalkan cara-cara buruk mereka, sebab kemurkaan Allah Swt. tidak lama lagi akan menimpa mereka, tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukan peringatan-peringatan Nabi Yermiah a.s. tersebut.
Di masa kerajaan Yehoyakim, Nebukadnezar dari Babil melancarkan serbuan pertamanya ke Palestina dan membawa pulang perkakas rumah peribadatan, tetapi ketika itu kota Yerusalem sendiri selamat dari kekejaman akibat pengepungan. Pada tahun 597 s.M. pun kota itu dikepung dan penduduknya mengalami kelaparan yang sangat keras.
        Pemberontakan raja Zedekia membawa akibat adanya serbuan kedua oleh Nebukadnezar pada tahun 587 s.M., dan sesudah masa pengepungan yang berlangsung satu tahun setengah, kota  Yerusalem  ditaklukkan dengan serangan cepat laksana halilintar. Putra-putranya dibunuh dan matanya sendiri dicukil, dan dalam keadaan diborgol ia dibawa ke Babil. Rumah peribadatan, istana raja, serta semua bangunan besar di kota Yerusalem dibumihanguskan, para imam besar, dan para pemimpin lain dibunuh, dan sejumlah besar rakyat diboyong sebagai tawanan (Yewish  Encyclopaedia, Jilid 6, hlm. 665 & Jilid 7, hlm. 122 pada kata “Yerusalem”).

Kota Yerusalem  yang Hancur &
Nabi Yehezkiel a.s. (Nabi Dzulkifli a.s.)

     Mengisyaratkan kepada peristiwa penghancuran kota Yerusalem yang pertama itulah firman Allah Swt. berikut ini:
اَوۡ کَالَّذِیۡ مَرَّ عَلٰی قَرۡیَۃٍ وَّ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا ۚ قَالَ اَنّٰی یُحۡیٖ ہٰذِہِ  اللّٰہُ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ۚ فَاَمَاتَہُ اللّٰہُ مِائَۃَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَہٗ ؕ قَالَ کَمۡ لَبِثۡتَ ؕ قَالَ لَبِثۡتُ یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالَ بَلۡ لَّبِثۡتَ مِائَۃَ عَامٍ فَانۡظُرۡ  اِلٰی طَعَامِکَ وَ شَرَابِکَ لَمۡ یَتَسَنَّہۡ ۚ وَ انۡظُرۡ اِلٰی حِمَارِکَ وَ لِنَجۡعَلَکَ اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ انۡظُرۡ اِلَی الۡعِظَامِ کَیۡفَ نُنۡشِزُہَا ثُمَّ نَکۡسُوۡہَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَہٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ  اَنَّ اللّٰہَ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Atau  seperti perumpamaan orang yang melalui suatu kota  yang  dinding-dindingnya telah runtuh    atas atap-atapnya, kemudian ia berkata: “Kapankah Allāh akan menghidupkan kembali kota ini sesudah  kematian  yakni kehancurannya?” Lalu Allah mematikannya seratus tahun lamanya, kemudian Dia membangkitkannya lagi dan berfirman: “Berapa lamakah engkau tinggal dalam keadaan seperti ini?” Ia berkata: “Aku tinggal sehari atau sebagian hari.”  Dia berfirman:  “Tidak, bahkan engkau telah tinggal seratus tahun lamanya. Tetapi lihatlah makanan engkau dan minuman engkau, itu sekali-kali tidak membusuk, dan lihat pulalah keledai engkau,  dan Kami melakukan demikian itu supaya Kami menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia. Dan  lihatlah tulang-belulang itu bagaimana Kami menatanya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala kenyataan ini menjadi jelas baginya ia berkata: “Aku mengetahui bahwa sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah [2]:260).
          Kota hancur yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah Yerusalem, dibinasakan oleh Nebukadnezar, Raja Babil pada tahun 599 sebelum Masehi. Nabi Yehezkiel a.s.  ada di antara orang-orang Yahudi yang diboyong pasukan  Nebukadnezar sebagai tawanan perang ke Babilolia dan diharuskan melalui kota Yerusalem yang telah dibinasakan itu dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.
        Nabi Yehezkiel a.s.   tentu  sangat terkejut melihat pemandangan menyedihkan itu dan berdoa kepada Allah Swt. dengan kata-kata yang penuh keharuan luar biasa, kapan kiranya kota yang hancur itu akan dihidupkan kembali. Doanya makbul (dikabulkan) dan kepada beliau diperlihatkan kasyaf (penglihatan ruhani) bahwa pembangunan kembali kota yang dimintakan dalam doa itu akan terjadi dalam waktu 100 tahun.

Makna Kasyaf (Penglihatan Ruhani) Nabi Yehezkiel a.s.

         Ayat itu tidak mengandung arti bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  sungguh-sungguh mati selama 100 tahun. Beliau hanya melihat kasyaf (penglihatan gaib dalam keadaan bangun; vision) bahwa beliau mati dan tetap dalam keadaan mati selama seratus tahun dan kemudian hidup kembali. Al-Quran kadang-kadang menyebut pemandangan-pemandangan dalam kasyaf seolah-olah sungguh-sungguh terjadi tanpa menyatakan bahwa penglihatan-penglihatan itu disaksikan dalam kasyaf atau mimpi (QS.12:5).
        Kasyaf tersebut menunjukkan --  dan Nabi Yehezkiel a.s.   paham akan artinya -- bahwa Bani Israil selama kira-kira 100 tahun akan tetap dalam keadaan tawanan dan keadaan kemunduran nasional secara total, maka sesudah itu mereka akan mendapat kehidupan baru dan akan kembali ke kota suci mereka. Dan ini sungguh-sungguh telah terjadi seperti Nabi Yehezkiel a.s.  telah melihatnya dalam mimpi (kasyaf).
       Yerusalem direbut oleh Nebukadnezar pada tahun 599 sebelum Masehi (2 Raja-raja 24: 10). Nabi Yehezkiel a.s.  mungkin melihat kasyaf pada tahun 586 sebelum Masehi. Kota Yerusalem didirikan kembali kira-kira seabad (100 tahun) sesudah  kehancurannya. Pembangunannya kembali dimulai pada 537 sebelum Masehi dengan izin dan bantuan Cyrus, Raja Persia dan Midia, dan selesai pada tahun 515 sebelum Masehi. Orang-orang Bani Israil masih memerlukan 15 tahun lagi untuk menghuninya dan dengan  demikian pada hakekatnya seabad (100 tahun) telah lewat antara hancurnya Yerusalem dan dihidupkannya (dibangun) kembali.
        Adalah pemikiran kekanak-kanakan serta keliru sekali jika kita beranggapan bahwa Allah Swt.  sungguh-sungguh mematikan dan membiarkan Nabi Yehezkel a.s. mati 100 tahun dan kemudian menghidupkan beliau kembali, sebab hal itu niscaya tidak akan merupakan jawaban atas doanya, yang bukan mengenai kematian dan kebangkitan kembali seseorang tertentu melainkan mengenai sebuah kota yang secara kiasan menampilkan suatu kaum seutuhnya.
      Kata-kata  Aku tinggal sehari atau sebagian hari dimaksudkan untuk menyatakan keadaan waktu yang tidak terbatas (QS.18:20 dan QS.23:114) danmenurut kebiasaan Al-Quran berarti bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  tidak tahu berapa lamanya beliau tinggal dalam keadaan itu. Yaum di sini bukan berarti satu hari yang terdiri atas 24 jam, melainkan hanya menunjukkan suatu waktu tertentu (lihat QS.1:4 – Pemilik “Hari Pembalasan”).
        Kata-kata “Aku tinggal sehari atau sebagian hari”, dapat pula menunjuk kepada waktu Nabi Yehezkiel a.s.  tidur atau waktu beliau melihat kasyaf itu. Rupa-rupanya Nabi Yehezkiel a.s.  menyangka bahwa beliau ditanya mengenai lama berlangsungnya waktu melihat kasyaf (mimpi) itu.

Sebagai “Tanda bagi Manusia”
(Orang-orang Yahudi)

        Bal (tidak, bahkan) itu kata penyimpangan yang artinya: (a) pembatalan apa-apa yang terdahulu, seperti pada QS.21:27 atau (b) peralihan dari satu pokok pembicaraan kepada yang lain, seperti dalam QS.87:17. Di sini bal telah dipakai dalam arti terakhir.
        Jadi anak kalimat: Tidak, bahkan  engkau pun telah tinggal 100 tahun lamanya dalam keadaan seperti ini, menunjukkan bahwa meskipun dalam satu pengertian Nabi Yehezkiel a.s.  telah tinggal dalam keadaan seperti itu 100  tahun (sebab beliau mimpi bahwa beliau mati selama 100 tahun), tetapi pernyataan bahwa beliau tinggal sehari atau sebagian hari pun tepat; sebab waktu yang sebenarnya berlangsung dalam melihat kasyaf itu wajar sangat singkat.
         Untuk membuat kenyataan ini jelas kepada pikiran Nabi Yehezkiel a.s.    Allah Swt. mengarahkan perhatian beliau kepada makanan dan minuman dan keledainya, bahwa makanan dan minuman beliau tidak menjadi busuk dan keledai beliau masih hidup, hal tersebut menunjukkan bahwa beliau sebenarnya hanya tinggal sehari atau sebagian hari.
      Kata-kata lihatlah keledai engkau pun menunjukkan bahwa Nabi Yehezkiel a.s.  melihat kasyaf (mimpi) ketika tidur di ladang dengan keledai beliau ada di sisinya, sebab  selama  di tempat pembuangan  di Babilonia, orang-orang Bani Israil dipekerjakan di ladang sebagai buruh tani.
         Kalimat “dan   supaya Kami menjadikan engkau sebagai Tanda bagi manusia“ maksudnya bahwa  Nabi Yehezkiel a.s.  menampilkan dalam diri beliau seluruh bangsa Yahudi. Wafatnya secara simbolis selama 100 tahun, melukiskan keruntuhan nasional mereka dan kesedihan selama dalam tawanan, sebab itulah masa yang sesudahnya mereka bangkit kembali. Itulah sebabnya, mengapa Nabi Yehezkiel a.s. disebut “menjadi suatu Tanda.” Lihat pula Kitab Yehezkiel, fasal 37.


(Bersambung).


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 13 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar