Rabu, 15 Agustus 2012

Pendusta Kenabian Pasti Dibinasakan Allah Swt.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 46

 Pendusta Kenabian Pasti Dibinasakan Allah Swt.
 
                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan pemindahan nikmat kenabian dari Bani Israil kepada Bani Isma’il (bangsa Arab) melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. atau Nabi yang seperti Musa atau “Dia yang datang dalam nama Tuhan”: 
Yesusalem, Yerusalem, engkau yang  membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak  mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan  Aku berkata kepadamu: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat  Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Matius 23:37-39). 
     Ada pun yang dimaksud dengan kalimat “Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat  Aku lagi”, Allah Swt. -- sebagaimana janji-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. akan menjadikan beliau imam bagi umat manusia (QS.2:125) dan juga mengenai “4 burung” Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:261) – lalu Allah Swt. mencabut nikmat kenabian  dari Bani Israil dan menganugerahkannya kepada Bani Isma’il (bangsa Arab) sebagaimana nubuatan dalam Kitab Ulangan 18:15-19.

Penolakan Bangsa Arab (Bani Isma’il)  Terhadap
Nabi Besar Muhammad Saw.

       Jadi,  yang dimaksud dengan kalimat berikutnya: “hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” maksudnya adalah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan Bani Isma’il (bangsa Arab),  atau “nabi yang seperti Musa“ (Ulangan 18:18-19; QS.46:11) atau “Roh Kebenaran” (Wahyu 16:12-13) yang dalam  Al-Quran seluruh Surahnya dimulai dengan wahyu Ilahi yang berbunyi “Bismillāhirrahmānirahīm” yang artinya “Dengan nama Allah, maha Pemurah, Maha Penyayang  hal tersebut sesuai dengan kalimat “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!
       Bagaimana kenyataan yang terjadi,  ketika Nabi Besar Muhammad saw.  -- yang edatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama,  terutama kaum Yahudi dan Nasrani --  apakah beliau saw. diterima dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh kaum beliau a.s., khususnya di Makkah?
Jawabannya: Tidak!  Nabi Besar Muhammad saw. pun  sebagaimana halnya para rasul Allah yang diutus sebelumnya kepada kaum mereka masing-masing tetap didustakan dan ditentang keras oleh bangsa Arab, sebagaimana telah dikemukakan dalam ayat Surah Yā Sīn sebelum ini, firman-Nya:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  کَانُوۡا بِہٖ  یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿ ﴾   اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ  اَنَّہُمۡ  اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ ﴾  وَ اِنۡ کُلٌّ  لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪ 
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,  sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.  Apakah mereka tidak melihat berapa banyak  keturunan yang telah Kami binasakan sebelum mereka, bahwasanya  mereka itu tidak kembali lagi kepada mereka?  Dan setiap mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami.( Yā Sīn [36]:31-33).
        Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini   mengenai tuntutan yang bukan-bukan dari  para penentang Nabi Besar Muhammad saw. yang berasal dari kalangan kaum beliau saw. sendiri:
وَ  اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ  اٰیَاتُنَا بَیِّنٰتٍ ۙ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَرۡجُوۡنَ لِقَآءَنَا ائۡتِ بِقُرۡاٰنٍ غَیۡرِ  ہٰذَاۤ  اَوۡ بَدِّلۡہُ ؕ قُلۡ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اُبَدِّلَہٗ  مِنۡ تِلۡقَآیِٔ  نَفۡسِیۡ ۚ اِنۡ  اَتَّبِعُ اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ ۚ اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اِنۡ عَصَیۡتُ رَبِّیۡ  عَذَابَ  یَوۡمٍ  عَظِیۡمٍ ﴿ ﴾  قُلۡ لَّوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا تَلَوۡتُہٗ عَلَیۡکُمۡ  وَ لَاۤ اَدۡرٰىکُمۡ بِہٖ ۫ۖ فَقَدۡ لَبِثۡتُ فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ  قَبۡلِہٖ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  فَمَنۡ  اَظۡلَمُ  مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اِنَّہٗ  لَا یُفۡلِحُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami yang nyata, maka orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: ”Datangkanlah yang bukan Al-Quran ini, atau ubahlah dia.” Katakanlah: “Sekali-kali tidak patut bagiku untuk mengubahnya dari pihak diriku,  Aku tidak lain hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, sesungguhnya aku takut pada azab Hari yang  besar jika aku mendurhakai Tuhan-ku.”  Katakanlah: “Seandainya  Allah menghendaki,  aku sama sekali tidak akan  membacakannya kepada kamu dan tidak pula Dia akan memberitahukan mengenainya kepadamu. Maka sungguh sebelum ini aku telah tinggal bersamamu dalam masa yang panjang, tidakkah kamu mempergunakan akal?”  Maka  siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan suatu dusta terhadap Allah atau mendustakan Tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya orang-orang berdosa  tidak akan berhasil.” (Yunus [12]:16-18).

“Hati Mereka Serupa”

    Pada hakikatnya apa yang dikemukakan oleh  firman Allah Swt. tersebut merupakan bantahan-bantahan yang diwarisankan oleh kaum-kaum purbakala sebelumnya, termasuk para pemuka agama Yahudi dan  Kristen, firman-Nya:
کَذٰلِکَ مَاۤ  اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  قَالُوۡا  سَاحِرٌ  اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾  اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah sekali-kali tidak pernah datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul melainkan mereka berkata: “Dia tukang sihir, atau orang gila!”   Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum pendurhaka (Al- Dzāriyāt [51]:53-54).
      Mengenai tuduhan-tuduhan dusta serta berbagai fitnah seperti itu lihat pula QS.15:7; QS.26:28; QS.37:37; QS.51:40; QS,54:10; QS.68:52, dan Nabi Besar Muhammad saw. pun tidak luput dari tuduhan dan fitnah tersebut (QS,52:30; QS.68:3; QS.81:23).
    Begitu menyoloknya persamaan tuduhan-tuduhan yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan para mushlih rabbani  (rasul-rasul Allah) lainnya oleh lawan-lawan mereka sepanjang masa, sehingga nampaknya orang-orang kafir dari abad tertentu menurunkan atau mewasiyatkan atau mewariskan  berbagai  tuduhan-tuduhan  tersebut  kepada keturunan mereka, supaya terus melancarkan lagi tuduhan-tuduhan dusta tersebut.
   Sunnatullāh  pendustaan dan penentangan tersebut terjadi pula di Akhir Zaman ini terhadap Al-Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., sebab pada hakikatnya adanya pendustaan dan penentangan tersebut membuktikan kebenaran pendakwaan  rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37). 
      Allah Swt. mengatakan tentang adanya  persamaan cara-cara pendustaan dan penentangan yang dilakukan terhadap para rasul Allah bahwa “hati mereka serupa”, firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ لَوۡ لَا یُکَلِّمُنَا اللّٰہُ  اَوۡ تَاۡتِیۡنَاۤ  اٰیَۃٌ  ؕ کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  مِّثۡلَ قَوۡلِہِمۡ  ؕ تَشَابَہَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ قَدۡ بَیَّنَّا الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ  یُّوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata:  Mengapa Allah tidak berkata-kata langsung dengan kami, atau  mendatangkan  satu Tanda  kepada kami?” Demikian pula  orang-orang sebelum mereka berkata seperti ucapan mereka itu, hati mereka serupa. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada suatu kaum yang yakin. (Al-Baqarah [2]:119).
      Perlu diperhatikan bahwa bila orang-orang yang tidak beriman disebutkan menuntut Tanda, kata “Tanda” itu berarti Tanda menurut keinginan mereka atau Tanda azab (QS.21:6; QS.6:38; QS.13:28; QS.20:134, 135; QS.29:51).

Keluhuran Akhlak Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebelum Pendakwaan Sebagai Rasul Allah

        Kembali kepada firman Allah Swt. sebelum ini tentang tuntutan para penentang Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
   وَ  اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ  اٰیَاتُنَا بَیِّنٰتٍ ۙ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَرۡجُوۡنَ لِقَآءَنَا ائۡتِ بِقُرۡاٰنٍ غَیۡرِ  ہٰذَاۤ  اَوۡ بَدِّلۡہُ ؕ قُلۡ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ اُبَدِّلَہٗ  مِنۡ تِلۡقَآیِٔ  نَفۡسِیۡ ۚ اِنۡ  اَتَّبِعُ اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ ۚ اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اِنۡ عَصَیۡتُ رَبِّیۡ  عَذَابَ  یَوۡمٍ  عَظِیۡمٍ ﴿ ﴾  قُلۡ لَّوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا تَلَوۡتُہٗ عَلَیۡکُمۡ  وَ لَاۤ اَدۡرٰىکُمۡ بِہٖ ۫ۖ فَقَدۡ لَبِثۡتُ فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ  قَبۡلِہٖ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾  فَمَنۡ  اَظۡلَمُ  مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اِنَّہٗ  لَا یُفۡلِحُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami yang nyata, maka orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: ”Datangkanlah yang bukan Al-Quran ini, atau ubahlah dia.” Katakanlah: “Sekali-kali tidak patut bagiku untuk mengubahnya dari pihak diriku,  Aku tidak lain hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, sesungguhnya aku takut pada azab Hari yang  besar jika aku mendurhakai Tuhan-ku.”  Katakanlah: “Seandainya  Allah menghendaki,  aku sama sekali tidak akan  membacakannya kepada kamu dan tidak pula Dia akan memberitahukan mengenainya kepadamu. Maka sungguh sebelum ini aku telah tinggal bersamamu dalam masa yang panjang, tidakkah kamu mempergunakan akal?”  Maka  siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan suatu dusta terhadap Allah atau mendustakan Tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya orang-orang berdosa  tidak akan berhasil.” (Yunus [12]:16-18).
      Ayat yang pertama (16) menjelaskan bahwa  wahyu Al-Quran sepenuhnya bersumber dari Allah Swt., dan Nabi Besar Muhammad saw. hanya sekedar menyampaikannya kepada umat manusia oleh karena itu sebagai penyampai amanat   Ilahi yang hakiki beliau saw. tidak berwenang menahannya atau mengubah-ubahnya sekehendak hati beliau berdasarkan permintaan kaum beliau sdaw.
       Kalimat dalam  ayat 17  Maka sungguh sebelum ini aku telah tinggal bersamamu dalam masa yang panjang, tidakkah kamu mempergunakan akal?”    mengandung batu ujian yang amat jitu untuk menguji kebenaran seseorang yang mengaku dirinya seorang rasul Allah.
      Bila kehidupan seorang rasul Allah  sebelum dakwa kenabiannya menampakkan kejujuran dan ketulusan hati yang bertaraf luar biasa tingginya -- dan di antara masa itu dengan dakwa kenabiannya -- tidak ada masa-antara yang dapat memberikan kesan  bahwa beliau telah jatuh dari keutamaan akhlak yang tinggi tarafnya itu,   maka dakwa kenabiannya harus diterima sebagai dakwa orang yang tinggi akhlaknya, orang jujur, dan benar.
       Tentu saja seseorang yang terbiasa kepada suatu sikap atau tingkah-laku tertentu disebabkan adat-kebiasaannya atau tabiatnya, akan memerlukan waktu yang lama untuk mengadakan perubahan besar dalam dirinya untuk menjadi orang baik atau orang buruk, karena itu bagaimanakah Nabi Besar Muhammad saw.    tiba-tiba dapat berubah menjadi seorang penipu, padahal sepanjang kehidupan beliau saw. sebelum dakwa kenabian, beliau adalah orang yang tidak ada taranya dalam kejujuran dan kelurusan, sehingga kaumnya sendiri memberinya gelar Al-Amin?

Pendusta Kenabian  Pasti Dibinasakan Allah Swt.

  Ayat selanjutnya (18) “Maka  siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan suatu dusta terhadap Allah atau mendustakan Tanda-tanda-Nya?” menjelaskan dua kebenaran yang kekal:
 (a) Orang-orang yang mengada-adakan dusta mengenai Allah Swt.  -- yakni  yang mendakwakan sebagai rasul Allah padahal dusta --   dan orang-orang yang menolak dan menentang rasul-rasul-Nya sama sekali tidak akan luput dari hukuman Tuhan;
(b) Pendusta-pendusta dan nabi-nabi palsu tidak dapat berhasil dalam tujuannya.. Berikut firman-Nya mengenai Nabi Besar Muhammad saw. seandainya, na’udzubillāh min dzālik, pendakwaan beliau sebagai rasul Allah adalah dusta atau beliau saw. mengada-ada berkenaan dengan Al-Quran, firman-Nya:
 اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ  رَسُوۡلٍ  کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾  وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾   تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾   وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾   ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia,   dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai.   Dan bukanlah Al-Quran ini perkataan ahli nujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.     Al-Quran Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.  Dan seandainya ia, Rasulullah, mengada-adakan sebagaian perkataan  atas nama Kami,   niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, Kemudian niscaya Kami me-motong urat nadinya,  dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. (Al-Haqqah [69]:41-48).  
   Dalam ayat ini dan dalam tiga ayat sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw.  itu pendusta, maka tangan perkasa Allah pasti menangkap dan memutuskan urat  leher beliau dan pasti beliau saw. telah menemui ajal dengan sangat pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu.
   Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20: “Tetapi seorang nabi yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.”


(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 26 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar