بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 38
Rasul Allah Selalu Diutus
Sebelum Azab Terjadi
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam akhir Bab 37 sebelumnya telah
dikemukakan firman-Nya berikut ini, tentang ketidak-mungkinan
seorang rasul Allah – termasuk Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. – mengajarkan para pengikutnya supaya menyembah beliau sebagai “Tuhan sembahan” selain Allah Swt.
(QS.5:117-119), firman-Nya:
مَا کَانَ لِبَشَرٍ اَنۡ
یُّؤۡتِیَہُ اللّٰہُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحُکۡمَ وَ النُّبُوَّۃَ ثُمَّ یَقُوۡلَ
لِلنَّاسِ کُوۡنُوۡا عِبَادًا لِّیۡ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ لٰکِنۡ کُوۡنُوۡا
رَبّٰنِیّٖنَ بِمَا کُنۡتُمۡ تُعَلِّمُوۡنَ الۡکِتٰبَ وَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَدۡرُسُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا یَاۡمُرَکُمۡ اَنۡ تَتَّخِذُوا
الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ النَّبِیّٖنَ اَرۡبَابًا ؕ اَیَاۡمُرُکُمۡ بِالۡکُفۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿٪﴾
Sekali-kali tidak mungkin bagi seorang manusia yang kepadanya Allah
memberi Kitab, Kekuasaan, dan kenabian, kemudian ia berkata kepada manusia: “Jadilah kamu hamba-hamba-Ku,
bukannya hamba-hamba Allah”, tetapi ia akan berkata: “Jadilah
kamu orang yang berbakti hanya kepada Allah, karena kamu senantiasa mengajarkan Kitab, kamu
senantiasa mempelajarinya, dan kamu senantiasa membacanya.”
Dan tidak pula ia akan
menyuruh kamu supaya kamu menjadikan
malaikat-malaikat dan nabi-nabi
sebagai tuhan-tuhan. Apakah ia akan menyuruhmu kafir
setelah kamu menjadi orang-orang yang berserah diri kepada
Allah? (Ali ‘Imran [80-81).
Kalimat mā kāna lahu
dipakai dalam tiga pengertian: (a) tidak layak baginya berbuat demikian; (b)
tidak mungkin baginya berbuat demikian; atau tidak masuk akal ia sampai berbuat
demikian; (c) tidak ada kemungkinan ia dapat berbuat demikian, yakni secara
fisik mustahil ia berbuat demikian.
Rabbaniyyīn
itu jamak dari Rabbaniy yang berarti: (1) orang yang mewakafkan diri
untuk mengkhidmati agama atau
menyediakan dirinya untuk menjalankan ibadah; (2) orang yang memiliki ilmu Ilahiyyat (Ketuhanan); (3) orang
yang ahli dalam pengetahuan agama, atau seorang yang baik dan bertakwa; (4)
guru yang mulai mem-berikan kepada orang-orang pengetahuan atau ilmu yang
ringan-ringan sebelum beranjak ke ilmu-ilmu yang berat-berat; (5) induk semang
atau majikan atau pemimpin; (6) seorang muslih (pembaharu). (Lexicon Lane; Sibawaih,
dan Mubarrad).
Penolakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Terhadap
Ajaran Paulus “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”
Kata-kata: Karena kamu senantiasa
mengajarkan Al-Kitab dan senantiasa mempelajarinya, menunjukkan bahwa telah
menjadi kewajiban bagi semua yang
telah meraih ilmu keruhanian, agar
mereka meneruskannya kepada orang-orang lain dan jangan membiarkan orang-orang
meraba-raba dalam kegelapan, kejahilan atau kebodohan. Firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ
سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ اَنۡ
اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ
تَعۡلَمُ مَا فِیۡ
نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ
مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا
اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ
عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ
فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan apa yang
sekali-kali bukan hakku.
Jika aku telah mengatakannya maka
sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan tidak mengetahui apa yang ada
dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. “Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau
perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan-mu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau
telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah
Saksi atas segala sesuatu. Kalau
Engkau mengazab mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba
Engkau, dan kalau Engkau mengampuni
mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Ma’idah [5]:117-118).
Kalimat “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan
selain Allah?" menunjuk kepada kebiasaan Gereja Kristen yang
menisbahkan kekuatan-kekuatan Uluhiyyah (Ketuhanan) kepada Siti Maryam, ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.. Pertolongan Siti Maryam dimohon dalam Litania (suatu bentuk
sembahyang), sedangkan dalam Katakisma (Cathechism, yakni,
dasar-dasar ajaran agama berupa tanya-jawab) Gereja Romawi ditanamkan akidah
bahwa beliau itu bunda Tuhan.
Gerejawan-gerejawan di zaman
lampau menganggap beliau mempunyai sifat-sifat
Tuhan dan hanya beberapa tahun yang silam, Paus Pius XII telah memasukkan
paham kenaikan Siti Maryam ke langit
dalam ajaran Gereja. Semua ini sama halnya dengan menaikkan beliau ke jenjang Ketuhanan dan inilah apa yang
dicela oleh umat Protestan dan disebut sebagai Mariolatry (Pemujaan Dara
Maria).
Ungkapan bahasa Arab dalam teks
yang diterjemahkan sebagai “tidak layak bagiku” dapat ditafsirkan
sebagai: “Tidak patut bagiku” atau “tidak mungkin bagiku” atau “aku tidak berhak berbuat demikian”, dan
sebagainya. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dengan tegas menolak keras faham “Trinitas”
yang dibuat-buat oleh Paulus, dan
beliau selama hidupnya mengajarkan kepada Bani
Israil untuk hanya menyembah satu
Tuhan yakni Allah Swt. (Matius 4:10 dan Lukas 4:8).
Bandingkan pernyataan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. tersebut dengan firman-Nya berikut ini:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ
اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ
اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ
وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ
ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ
اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ
نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ
لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al-Masih adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka
sampai dipalingkan dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah,
dan begitu juga Al-Masih ibnu
Maryam, padahal mereka
tidak diperintahkan melainkan supaya
mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-Suci Dia
dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.
(Al-Taubah [9]:30-32).
Pengutusan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
Sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.
Kembali kepada Surah Yā Sīn tentang “seorang
laki-laki yang datang berlari-lari dari
bagian terjauh kota itu” (QS.36:21-28), yakni “burung
Nabi Ibrahim a.s.” yang keempat (QS.2:261) atau “misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.”
(QS.43:58) atau “Rasul Akhir Zaman”
(QS.61:10; QS.77:12) atau “Al-Masih
Mau’ud a.s.” -- yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s..
Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman tersebut
diutus Allah Swt. pada zaman Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog) atau Dajjal tengah berada di puncak
kejayaannya, karena sebagaimana diisyaratkan dalam Bible dan Al-Quran,
sebagian besar wilayah dunia – termasuk wilayah kekuasaan umat Islam -- telah dikuasai oleh mereka, baik secara politik,
ekonomi, militer, maupun keagamaan.
Berikut adalah nubuatan Yohanes dalam
Kitab Wahyu mengenai pelepasan kembali Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog) dari masa “pemenjaraannya selama
1000 tahun”:
Dan setelah masa seribu
tahun itu berakhir iblis akan dilepaskan dari penjaranya dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa
pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog
dan Magog, dan mengumpulkan mereka
untuk berperang dan jumlah mereka
sama banyaknya pasir di laut. Maka naiklah
mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung
perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari
langit turunlah api menghanguskan mereka, dan iblis yang menyesatkan mereka dikemparkan ke dalam lautan api dan
belerang, yaitu tempat binatang
dan nabi palsu itu, dan mereka akan
disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Wahyu 20:7-10).
Penjelasan
Kitab Wahyu tersebut sesuai pula dengan pernyataan Allah Swt. dalam
Al-Quran mengenai pelepasan kembali Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog):
وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَاۤ اَنَّہُمۡ لَا
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ ﴾ حَتّٰۤی اِذَا فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ
ہُمۡ مِّنۡ کُلِّ
حَدَبٍ یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan diharamkan (terlarang) bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka
itu tidak mungkin akan kembali.
Hingga apabila dibukakan pintu
pemenjaraan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap
ketinggian. (Al-Anbiyā [21]:96-97).
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab
sebelumnya, menurut Yehezkiel (bab-bab
38 dan 39) Uni Soviet itu Ya’juj (Gog) dan bangsa-bangsa barat itu Ma’juj
(Magog). Kini pun mereka sedang bersiap-siap untuk perang Armagedon, yakni Perang Dunia III. Pembahasan hukuman Allah Swt.yang amat mengerikan dan membinasakan yang akan
turun kepada Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) itu lihat Surah Al-Rahmān [55]:34-36).
Pengutusan Rasul Akhir Zaman
Mendahului
Perang Dunia I dan Perang Dunia II
Sesuai dengan kenyataan tersebut Allah Swt. berfirman dalam Surah Yā Sīn selanjutnya:
وَ مَاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلٰی
قَوۡمِہٖ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ مِنۡ جُنۡدٍ
مِّنَ السَّمَآءِ وَ مَا کُنَّا مُنۡزِلِیۡنَ ﴿۲۸﴾ اِنۡ کَانَتۡ اِلَّا صَیۡحَۃً وَّاحِدَۃً فَاِذَا ہُمۡ خٰمِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak menurunkan suatu lasykar dari langit atas kaumnya sesudah dia, dan Kami sekali-kali
tidak pernah menurunkannya. Itu tidak lain melainkan suatu ledakan dahsyat, tiba-tiba musnahlah mereka. (Yā Sīn [36]:29-30).
Lukisan ini agaknya
bertalian Perang Dunia I dan Perang Dunia II sehubungan dengan berjatuhannya
granat-granat, bom-bom bakar dan bom-bom atom dengan suara menggelegar. Api yang
ditimbulkan oleh bom-bom itu membinasakan segala sesuatu yang ditimpanya
sehingga menjadi puing-puing, dan segala kehidupan sejauh bermil-mil di
sekitarnya menjadi lenyap. Di tempat lain Al-Quran melukiskan azab ini dengan
kata-kata: “Dan sesungguhnya akan Kami jadikan segala yang ada di atasnya
menjadi tanah rata yang tandus” (QS.18:9).
Perang Dunia I terjadi pada tahun 1914 dan Perang Dunia II terjadi th. 1945,
sedangkan masa kehidupan Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang diutus
Allah Swt. sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul
Akhir Zaman beliau hidup th. 1835-1908.
Artinya, pengutusan beliau sebagai Rasul
Allah yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh seluruh umat beragama di Akhir Zaman ini sesuai dengan Sunnatullah, yakni sebelum azab yang dahsyat terjadi – khususnya Perang Dunia I dan Perang
Dunia II – Allah Swt. telah terlebih
dulu mengutus Rasul Akhir Zaman,
firman-Nya:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ
مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا
یَضِلُّ عَلَیۡہَا ؕ وَ لَا
تَزِرُ وَازِرَۃٌ وِّزۡرَ اُخۡرٰی ؕ وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ حَتّٰی نَبۡعَثَ
رَسُوۡلًا ﴿﴾
Barangsiapa
telah mendapat petunjuk maka
sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah
dirinya, dan barangsiapa sesat maka kesesatan itu hanya kemudaratan atas dirinya, dan tidak ada pemikul beban akan memikul
beban orang lain. Dan Kami tidak menimpakan azab hingga Kami terlebih dahulu mengirimkan seorang
rasul. (Bani Israil [17]:16).
Azab bukan sesuatu yang datang dari luar
melainkan terbit dan timbul dari dalam diri manusia sendiri. Pada hakikatnya siksaan-siksaan neraka dan ganjaran-ganjaran surga akan hanya
merupakan sekian banyak perwujudan
dan penjelmaan perbuatan manusia —
baik atau buruk — yang pernah dilakukannya dalam kehidupan ini. Jadi, dalam kehidupan ini manusia menjadi perancang nasibnya sendiri, dan
seolah-olah pada kehidupan yang akan
datang ia sendiri akan menjadi pengganjar
dan penghukum terhadap dirinya
sendiri.
Tiap orang harus memikul tanggung-jawab
perbuatannya sendiri. Pengorbanan dan
penebusan dari siapa pun, tidak dapat
mendatangkan faedah apa pun kepada orang lain. Ayat ini mematahkan ajaran
Paulus tentang Trinitas dan penebusan dosa sampai ke akar-akarnya.
Sunnatullah Sebelum Azab
Terjadi
Kebenaran Sunatullāh dalam kalimat
“Dan
Kami tidak menimpakan azab hingga Kami terlebih
dahulu mengirimkan seorang rasul” (QS.17:16), dalam
generasi kita sendiri dunia telah menyaksikan wabah-wabah, kelaparan-kelaparan, peperangan-peperangan, gempa-gempa
bumi, serta malapetaka lainnya,
yang serupa itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan datangnya begitu
bertubi-tubi, sehingga kehidupan manusia telah dirasakan pahit karenanya.
Sebelum malapetaka-malapetaka
dan bencana-bencana menimpa bumi ini, sudah selayaknya Allah Swt. membangkitkan seorang rasul Allah sebagai pemberi
peringatan “Dan Kami tidak menimpakan azab hingga Kami terlebih
dahulu mengirimkan seorang rasul” (QS.17:16). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ اِذَاۤ اَرَدۡنَاۤ اَنۡ
نُّہۡلِکَ قَرۡیَۃً اَمَرۡنَا مُتۡرَفِیۡہَا فَفَسَقُوۡا
فِیۡہَا فَحَقَّ عَلَیۡہَا الۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنٰہَا تَدۡمِیۡرًا ﴿﴾ وَ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا
مِنَ الۡقُرُوۡنِ مِنۡۢ بَعۡدِ نُوۡحٍ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ
بِذُنُوۡبِ عِبَادِہٖ
خَبِیۡرًۢا بَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu kota, Kami
terlebih dahulu memerintahkan warganya
yang hidup mewah untuk menempuh kehidupan yang shalih, tetapi mereka durhaka di dalamnya, maka
berkenaan dengan kota itu firman Kami menjadi sempurna lalu Kami
menghancur-leburkannya. Dan betapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sesudah Nuh, dan
cukuplah Tuhan engkau Maha Mengetahui, Maha
Melihat dosa-dosa
hamba-hamba-Nya. (Bani Israil [17]:17).
Kata qaryah
(kota) di sini dimaksudkan ibukota,
yaitu kota yang berperan sebagai metropolis
atau pusat kebudayaan dan politik bagi kota-kota lain. Dalam Surah
lain Allah Swt. berfirman:
وَ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ
مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا ؕ وَ
کُنَّا نَحۡنُ الۡوٰرِثِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ
رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ
اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا
مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی اِلَّا وَ اَہۡلُہَا
ظٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan berapa
banyak kota yang telah Kami binasakan
yang bersenang-senang dalam kehidupannya, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami lagi sesudah mereka, dan
Kami-lah Yang menjadi pewarisnya. Dan Tuhan engkau sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota hingga Dia membangkitkan di ibu-kotanya seorang
rasul yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami,
dan Kami sekali-kali tidak akan
membinasakan kota-kota kecuali penduduknya
orang-orang zalim. (Al-Qashash [28]:59-60).
Agar Manusia Tidak Memiliki Dalih
Menyalahkan Allah Swt.
Pernah ada bangsa-bangsa yang hidup di masa
lampau yang lebih kuat dan lebih kaya, lagi memiliki peradaban lebih tinggi dari bangsa yang ditakuti oleh kaum Makkah,
namun ketika mereka menolak kebenaran
dan berlaku sombong, mereka disapu bersih dari permukaan bumi,
seolah-olah mereka tidak pernah hidup
di atasnya, dan mereka yang dianggap
lemah ditakdirkan menggantikan tempat
mereka.
Demikian
pula di Akhir Zaman ini, luar biasa
sering dan menyeluruhnya bencana alam
dalam bentuk kelaparan, peperangan, gempa bumi, dan wabah selama lima atau enam
dekade terakhir, membuktikan telah munculnya seorang Pembaharu
Suci di zaman ini, yakni Rasul Akhir
Zaman. Sebab jika tidak, maka manusia akan memiliki alasan
(dalih) untuk menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا
یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿ ﴾ وَ لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ
لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّذِلَّ
وَ نَخۡزٰی ﴿ ﴾ قُلۡ
کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ
اہۡتَدٰی ﴿ ﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah
ia (rasul) tidak mendatangkan kepada
kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu? Dan
seandainya Kami membinasakan mereka
dengan azab sebelum ini niscaya
mereka akan berkata: "Ya Tuhan
kami, mengapakah Engkau tidak
mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah:
"Setiap orang sedang menunggu
maka kamu pun tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui
siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan
siapa yang mengikuti petunjuk dan
siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-135).
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 22 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar