بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 30
“Peniupan Nafiri (Terompet)” di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam Bab 29 sebelumnya telah dikemukakan firman
Allah Swt. cara Allah Swt. melakukan penghakiman
atas umat beragama yang telah pecah-belah menjadi berbagai sekte dan firqah yang saling mengkafirkan, bahkan saling berperang
(QS.30:31-33), yakni dengan cara mengutus
rasul Allah yang kedatangannya telah dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ
عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ
مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ
اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ
ۚ وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak
akan membiarkan orang-orang yang beriman
di dalam keadaan kamu berada di
dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara
rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ganjaran yang besar. (Ali
‘Imran [3]:180).
Setiap Umat
Memiliki Ajal (Batas Waktu)
Jadi, berdasarkan
firman Allah Swt. tersebut mereka yang keimanannya
benar dan tulis ikhlas adalah orang-orang yang beriman kepada rasul Allah yang diutus kepada mereka
lalu mereka berusaha menjadi orang-orang
bertakwa dan memperbaiki diri mereka
maupun lingkungan mereka --
dari agama atau sekte agama apa pun mereka berasal, bahkan sekali pun
sebelumnya mereka termasuk
orang-orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan (atheisme) --
firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ
اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿ ﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿
﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا
عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan bagi tiap-tiap
umat ada ajal (batas waktu),
maka apabila telah datang ajal mereka
(batas waktu mereka), mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak
pula dapat memajukannya. Wahai Bani
Adam, jika datang kepada
kamu rasul-rasul dari antaramu yang
menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa
bertakwa dan memperbaiki diri,
tidak akan ada ketakutan menimpa
mereka dan tidak pula mereka akan bersedih
hati. Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami
dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal
di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
Bila waktu yang ditetapkan untuk menghukum suatu kaum tiba, waktu itu
tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau ditunda-tunda. Dan sudah merupakan
Sunnah-Nya, Allah Swt. tidak pernah mengazab suatu kaum – bagaimana pun
sesatnya dan durhakanya mereka – sebelum
terlebih dulu kepada mereka diutus
seorang rasul Allah (QS.17:16; QS.28:60), sebab jika tidak demikian maka manusia akan memiliki alasan (dalih) untuk mengajukan protes
kepada Allah Swt. (QS.20:134-136).
Makna “Bani Adam”
Kalimat "Hai Bani Adam", patut mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (QS.7:27, 28 %32), seruan dengan kata-kata "Hai anak cucu Adam", ditujukan kepada umat di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dan kepada generasi-generasi yang akan lahir, bukan kepada umat-umat yang hidup jauh di masa silam dan yang datang tidak lama sesudah masa Nabi Adam a.s..
Dengan demikian jelaslah, bahwa
menurut Allah Swt., kesinambungan
pengutusan rasul-rasul Allah setelah
Nabi Besar Muhammad saw, namun dengan syarat harus datang dari kalangan umat Islam (QS.QS.3:20 & 86;
QS.5:4),dan merupakan pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.3:32; QS.4:70-71), karena itu kenabiannya
bersifat buruzi (bayangan) atau “nabi ummati” karena mendapat cap (stempel) kenabian Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Khātaman-Nabiyyīn (QS.33:41).
Atas dasar itu pulalah ketika keadaan
umat Islam (Bani Isma’il) pun telah sama dengan keadaan Bani
Israil (Yahudi dan Kristen) – yang menurut Nabi Besar Muhammad saw. bagaikan
“persamaan sepasang sepatu” -- maka cara
Allah Swt. melakukan penghakiman (menghakimi) terhadap
berbagai hal yang mereka perselisihan adalah dengan mengutus rasul Allah yang kedatangannya
ditunggu-tunggu di Akhir Zaman ini ,
bukan saja oleh keturunan Bani Israil
(Yahudi dan Kristen) dan Bani Isma’il
(umat
Islam), tetapi juga ditunggu-tunggu oleh
umat-umat beragama lainnya dengan nama
yang berlainan, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ
عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ
مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ
اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ
ۚ وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak
akan membiarkan orang-orang yang beriman
di dalam keadaan kamu berada di
dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara
rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ganjaran yang besar. (Ali
‘Imran [3]:180).
Kepada Rasul Akhir Zaman
itulah Allah Swt. membukakan hal-hal gaib
guna menyelesaikan perselisihan di
antara mereka itu, yang tidak mungkin
dapat diselesaikan melalui upaya-upaya manusia, firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا
﴿ۙ﴾
اِلَّا
مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ
بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ
عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui
yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan
rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka
sesungguhnya barisan pengawal berjalan
di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa
sungguh mereka telah menyampaikan
Amanat-amanat Tuhan mereka, dan
Dia meliputi semua yang ada pada mereka
dan Dia membuat perhitungan mengenai
segala sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29).
Peniupan “Nafiri”
(Terompet) di Akhir Zaman
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti:
diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan
mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Rasul Allah ini pulalah yang
dimaksud dengan “nafiri” (terompet) “seruan
Allah Swt.” (QS.8:25-26), yang berbunyi di Akhir Zaman ini untuk memanggil (menyeru) semua umat beragama dan semua
umat manusia pada Tauhid Ilahi yang hakiki, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam agama Islam (Al-Quran), firman-Nya:
قَالَ ہٰذَا رَحۡمَۃٌ مِّنۡ رَّبِّیۡ ۚ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّیۡ
جَعَلَہٗ دَکَّآءَ ۚ وَ
کَانَ وَعۡدُ رَبِّیۡ حَقًّا ﴿ؕ﴾ وَ تَرَکۡنَا بَعۡضَہُمۡ
یَوۡمَئِذٍ یَّمُوۡجُ فِیۡ بَعۡضٍ وَّ نُفِخَ فِی الصُّوۡرِ
فَجَمَعۡنٰہُمۡ جَمۡعًا ﴿ۙ﴾
Ia, Dzulqarnain, berkata:
Ini rahmat dari Tuhan-ku, tetapi apabila telah tiba janji Tuhan-ku, Dia akan
memecahkannya berkeping-keping, dan janji
Tuhan-ku itu pasti benar. Dan pada hari
itu Kami akan membiarkan sebagian mereka
menyerang sebagian lain, dan nafiri akan ditiup, lalu Kami akan menghimpun mereka itu semuanya.
(Al-Kahf [18]:99-100).
Mengisyaratkan kepada “nafiri”
(terompet) Allah Swt. yang ditiup
di Akhir Zaman ini – yakni pengutusan Rasul Allah -- ini
pulalah “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari
bagian terjauh kota itu”, yang melengkapi kedatangan 3 orang rasul Allah yang diutus sebelumnya, firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ
اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ یَّسۡعٰی
قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا
وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿ ﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu
seorang laki-laki dengan berlari-lari,
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. Ikutilah mereka
yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka
yang telah mendapat petunjuk.” (Yā Sīn [33]:21-22).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kata-kata “bagian terjauh kota itu” dapat
diartikan suatu tempat yang jauh
letaknya dari markas Islam, yakni Makkah, karena Rasul Akhir Zaman tersebut tidak muncul di wilayah Arabia
sebagaimana 3 orang rasul Allah yang
diutus sebelumnya melainkan dari wilayah
Hindustan, yakni di Qadian, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
Isyarat
yang terkandung dalam kata rajulun (seorang laki-laki) dapat tertuju
kepada Al-Masih Mau’ud a.s., yang telah disebut demikian dalam suatu
hadits yang terkenal (Bukhari,
Kitab at-Tafsir). Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud dengan kata yas’a
(berlari-lari) -- “seorang
laki-laki dengan berlari-lari”
-- telah dipakai mengenai Al-Masih Mau’ud a.s. oleh Nabi Besar
Muhammad saw. dalam beberapa sabda beliau saw., yang memberi isyarat kepada sifat yang dimiliki Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., yang
tidak mengenal lelah, cepat bertindak dan tak mengenal jemu dalam usahanya
untuk kepentingan Islam, yakni guna
mewujudkan keunggulan agama dan umat Islam
yang kedua kali di Akhir Zaman
ini, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ
کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Al-Shaf
[61]:10). (Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 17 Ramadhan 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar