Sabtu, 11 Agustus 2012

Saling Mewasiyatkan Pendustaan dan Penentangan



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 39

 Saling Mewasiyatkan Pendustaan 
dan Penentangan

                                                                                
Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir  Bab 38 sebelumnya telah dikemukakan  firman-Nya berikut ini, tentang    Sunnatullah pengutusan Rasul Allah sebelum Allah Swt. mengazab suatu kaum, agar  manusia tidak memiliki dalih untuk menyalahkan Allah Swt.,  firman-Nya:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡہَا ؕ وَ لَا تَزِرُ وَازِرَۃٌ  وِّزۡرَ  اُخۡرٰی ؕ وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ  حَتّٰی  نَبۡعَثَ  رَسُوۡلًا ﴿﴾
Barangsiapa telah mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah dirinya,  dan barangsiapa sesat maka kesesatan itu hanya kemudaratan atas dirinya,  dan  tidak ada pemikul beban akan memikul beban orang lain.  Dan  Kami tidak menimpakan azab  hingga Kami  terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul. (Bani Israil [17]:16).
Firman-Nya lagi:
وَ کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ  بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ  بَعۡدِہِمۡ  اِلَّا قَلِیۡلًا ؕ وَ کُنَّا نَحۡنُ  الۡوٰرِثِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی یَبۡعَثَ فِیۡۤ  اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی  اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan berapa banyak  kota yang  telah Kami binasakan yang  bersenang-senang dalam kehidupannya, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak  didiami lagi sesudah mereka, dan Kami-lah Yang  menjadi pewarisnya.   Dan Tuhan engkau sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota hingga terlebih dulu Dia membangkitkan di ibu-kotanya seorang rasul  yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat Kami, dan Kami sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota kecuali penduduknya orang-orang zalim. (Al-Qashash [28]:59-60).

Agar Manusia Tidak Memiliki  Dalih
Menyalahkan Allah Swt.

      Pernah ada bangsa-bangsa yang hidup di masa lampau yang lebih kuat dan lebih kaya, lagi memiliki peradaban lebih tinggi dari bangsa yang ditakuti oleh kaum Makkah, namun ketika mereka menolak kebenaran dan berlaku sombong, mereka disapu bersih dari permukaan bumi, seolah-olah mereka tidak pernah hidup di atasnya, dan mereka yang dianggap lemah ditakdirkan menggantikan tempat mereka.
       Demikian pula di Akhir Zaman ini, luar biasa sering dan menyeluruhnya bencana alam dalam bentuk kelaparan, peperangan, gempa bumi, dan wabah selama lima atau enam dekade terakhir, membuktikan telah munculnya  seorang Pembaharu Suci di zaman ini, yakni Rasul Akhir Zaman. Sebab jika tidak, maka manusia akan  memiliki alasan (dalih) untuk menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
   وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِ  الۡاُوۡلٰی ﴿    وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿ ﴾  قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿  ﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu?   Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Tuhan kami, me­ngapakah   Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun  tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-135).
       Sehubungan Sunnatullah pengutusan rasul Allah tersebut, selanjutnya Allah Swt. mengemukakan Sunnatullah lainnya lagi, yakni kebiasaan manusia mendustakan, memperolok-olok serta menentang  rasul Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  کَانُوۡا بِہٖ  یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾   اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ  اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ  اَنَّہُمۡ  اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ۳۱﴾  وَ اِنۡ کُلٌّ  لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,  sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.  Apakah mereka tidak melihat berapa banyak  keturunan yang telah Kami binasakan sebelum mereka, bahwasanya  mereka itu tidak kembali lagi kepada mereka?  Dan setiap mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami. (Yā Sīn [33]:31-33).
       Kata-kata dalam ayat   31  penuh dengan kerawanan. Tuhan Yang Maha Kuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para Rasul-Nya. Sementara para rasul menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.

Penantian yang Sia-sia

      Isyarat ayat selanjutnya  Apakah mereka tidak melihat berapa banyak  keturunan yang telah Kami binasakan sebelum mereka, bahwasanya  mereka itu tidak kembali lagi kepada mereka?  Dan setiap mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami nampaknya tertuju kepada azab Ilahi yang akan bersifat semesta (universal).
       Walau pun  lebih dari 1 abad (100 tahun) Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – telah wafat,  dan sekali pun Jemaat Ahmadiyah hingga saat ini terus berkembang pesat di seluruh dunia  melalui kepemimpinan 5 orang Khalifatul Masih pada masanya masing-masing (QS.22:56), tetapi berbagai macam bala bencana dahsyat  terus menerus menimpa  umat manusia di dunia hingga saat ini,  karena umumnya umat manusia atau umat beragama masih terus mendustakan, mempertolok-olok dan menentang Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman, sambil terus menerus mengharapkan kedatangan rasul Allah  sesuai persepsi hawa nafsu mereka mengenai orangnya dan cara  datangnya. Benarlah firman-Nya:
   وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِ  الۡاُوۡلٰی ﴿    وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿ ﴾  قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿  ﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu?   Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Tuhan kami, me­ngapakah   Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun  tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-135).

Saling Mewasiyatkan

      Sunnatullah mendustakan dan menentang para rasul Allah tersebut meliputi juga cara-cara pendustaan dan penentangan yang dilakukan, sehingga seakan-akan  pada setiap zaman kedatangan rasul Allah para penentangnya telah saling mewasiyatkan cara-cara pendustaan dan penentangan   yang zalim  tersebut, firman-Nya:
کَذٰلِکَ مَاۤ  اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ  مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  قَالُوۡا  سَاحِرٌ  اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾  اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah sekali-kali tidak pernah datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul melainkan mereka berkata: “Dia tukang sihir, atau orang gila!”  Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai itu? Tidak, bahkan mereka itu semua kaum pendurhaka (Al- Dzāriyāt [51]:53-54).
      Mengenai tuduhan-tuduhan dusta serta berbagai fitnah seperti itu lihat pula QS.15:7; QS.26:28; QS.37:37; QS.51:40; QS,54:10; QS.68:52, dan Nabi Besar Muhammad saw. pun tidak luput dari tuduhan dan fitnah tersebut (QS,52:30; QS.68:3; QS.81:23).
    Begitu menyoloknya persamaan tuduhan-tuduhan yang dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan para mushlih rabbani  (rasul-rasul Allah) lainnya oleh lawan-lawan mereka sepanjang masa, sehingga nampaknya orang-orang kafir dari abad tertentu menurunkan atau mewasiyatkan atau mewariskan  berbagai tuduhan-tuduhan  tersebut  kepada keturunan mereka, supaya terus melancarkan lagi tuduhan-tuduhan itu.
   Sunnatullāh  pendustaan dan penentangan tersebut terjadi pula di Akhir Zaman ini terhadap Al-Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., sebab pada hakikatnya adanya pendustaan dan penentangan tersebut membuktikan kebenaran pendakwaan  rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37).

(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 22 Ramadhan 2012
Ki Langlang Buana Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar