بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 39
Saling Mewasiyatkan Pendustaan
dan Penentangan
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam
akhir Bab 38 sebelumnya telah
dikemukakan firman-Nya berikut ini,
tentang Sunnatullah
pengutusan Rasul Allah sebelum Allah
Swt. mengazab suatu kaum, agar manusia tidak memiliki dalih untuk menyalahkan
Allah Swt., firman-Nya:
مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ
مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا
یَضِلُّ عَلَیۡہَا ؕ وَ لَا
تَزِرُ وَازِرَۃٌ وِّزۡرَ اُخۡرٰی ؕ وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ
حَتّٰی
نَبۡعَثَ رَسُوۡلًا ﴿﴾
Barangsiapa
telah mendapat petunjuk maka
sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah
dirinya, dan barangsiapa sesat maka kesesatan itu hanya kemudaratan atas dirinya, dan tidak ada pemikul beban akan memikul
beban orang lain. Dan Kami tidak menimpakan azab hingga Kami terlebih dahulu mengirimkan seorang
rasul. (Bani Israil [17]:16).
Firman-Nya
lagi:
وَ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَرۡیَۃٍۭ بَطِرَتۡ مَعِیۡشَتَہَا ۚ فَتِلۡکَ
مَسٰکِنُہُمۡ لَمۡ تُسۡکَنۡ مِّنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا ؕ وَ
کُنَّا نَحۡنُ الۡوٰرِثِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ رَبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی حَتّٰی
یَبۡعَثَ فِیۡۤ اُمِّہَا رَسُوۡلًا یَّتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا ۚ وَ مَا کُنَّا مُہۡلِکِی الۡقُرٰۤی اِلَّا وَ اَہۡلُہَا ظٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan berapa
banyak kota yang telah Kami binasakan
yang bersenang-senang dalam kehidupannya, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami lagi sesudah mereka, dan
Kami-lah Yang menjadi pewarisnya. Dan Tuhan engkau sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota hingga terlebih dulu Dia membangkitkan di ibu-kotanya seorang rasul yang membacakan
kepada mereka Ayat-ayat Kami, dan Kami sekali-kali tidak akan membinasakan kota-kota kecuali penduduknya orang-orang zalim. (Al-Qashash [28]:59-60).
Agar Manusia Tidak Memiliki Dalih
Menyalahkan Allah Swt.
Pernah ada bangsa-bangsa yang hidup di
masa lampau yang lebih kuat dan lebih kaya, lagi memiliki peradaban lebih tinggi dari bangsa yang ditakuti oleh kaum Makkah,
namun ketika mereka menolak kebenaran
dan berlaku sombong, mereka disapu bersih dari permukaan bumi,
seolah-olah mereka tidak pernah hidup
di atasnya, dan mereka yang dianggap
lemah ditakdirkan menggantikan tempat
mereka.
Demikian
pula di Akhir Zaman ini, luar biasa
sering dan menyeluruhnya bencana alam
dalam bentuk kelaparan, peperangan, gempa bumi, dan wabah selama lima atau enam
dekade terakhir, membuktikan telah munculnya seorang Pembaharu
Suci di zaman ini, yakni Rasul Akhir
Zaman. Sebab jika tidak, maka manusia akan
memiliki alasan (dalih) untuk
menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ
مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ
بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿
﴾
وَ
لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ
مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّذِلَّ
وَ نَخۡزٰی ﴿ ﴾
قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ
مَنِ اہۡتَدٰی ﴿ ﴾٪
Dan mereka berkata:
"Mengapakah ia (rasul) tidak
mendatangkan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukankah telah
datang kepada mereka bukti yang jelas
apa yang ada dalam lembaran-lembaran
terdahulu? Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini niscaya mereka akan berkata: "Ya Tuhan kami, mengapakah Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang
rasul supaya kami mengikuti
Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun
tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā
[20]:134-135).
Sehubungan Sunnatullah pengutusan rasul
Allah tersebut, selanjutnya Allah Swt. mengemukakan Sunnatullah lainnya lagi, yakni kebiasaan manusia mendustakan, memperolok-olok serta menentang rasul
Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ
مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ اَنَّہُمۡ
اِلَیۡہِمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ؕ۳۱﴾
وَ اِنۡ کُلٌّ
لَّمَّا جَمِیۡعٌ لَّدَیۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu, sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.
Apakah mereka tidak melihat
berapa banyak keturunan yang telah Kami binasakan sebelum
mereka, bahwasanya mereka itu tidak kembali lagi kepada
mereka? Dan setiap mereka
semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami. (Yā Sīn [33]:31-33).
Kata-kata dalam ayat 31 penuh dengan kerawanan. Tuhan Yang Maha Kuasa
Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan ejekan
manusia terhadap para Rasul-Nya.
Sementara para rasul menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.
Penantian yang Sia-sia
Isyarat
ayat selanjutnya “Apakah mereka tidak melihat berapa
banyak keturunan yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, bahwasanya
mereka itu tidak kembali lagi
kepada mereka? Dan setiap
mereka semua niscaya akan dihadirkan kepada Kami” nampaknya tertuju kepada azab Ilahi yang akan bersifat semesta (universal).
Walau pun
lebih dari 1 abad (100 tahun) Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman
– yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – telah
wafat, dan sekali pun Jemaat Ahmadiyah hingga saat ini terus berkembang pesat di seluruh
dunia melalui kepemimpinan 5 orang Khalifatul
Masih pada masanya masing-masing (QS.22:56), tetapi berbagai macam bala bencana dahsyat terus menerus menimpa umat manusia di dunia hingga saat ini, karena umumnya umat manusia atau umat beragama masih terus mendustakan, mempertolok-olok dan menentang
Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman, sambil terus menerus mengharapkan
kedatangan rasul Allah sesuai persepsi
hawa nafsu mereka mengenai orangnya
dan cara
datangnya. Benarlah firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ
مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ
بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿
﴾
وَ
لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ
مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّذِلَّ
وَ نَخۡزٰی ﴿ ﴾
قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ
مَنِ اہۡتَدٰی ﴿ ﴾٪
Dan mereka berkata:
"Mengapakah ia (rasul) tidak
mendatangkan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukankah telah
datang kepada mereka bukti yang jelas
apa yang ada dalam lembaran-lembaran
terdahulu? Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini niscaya mereka akan berkata: "Ya Tuhan kami, mengapakah Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang
rasul supaya kami mengikuti
Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun
tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā
[20]:134-135).
Saling Mewasiyatkan
Sunnatullah mendustakan dan menentang
para rasul Allah tersebut meliputi
juga cara-cara pendustaan dan
penentangan yang dilakukan, sehingga seakan-akan pada setiap zaman kedatangan rasul Allah para penentangnya telah
saling mewasiyatkan cara-cara pendustaan dan penentangan yang zalim
tersebut, firman-Nya:
کَذٰلِکَ مَاۤ
اَتَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا قَالُوۡا سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌ ﴿ۚ﴾ اَتَوَاصَوۡا بِہٖ ۚ بَلۡ ہُمۡ
قَوۡمٌ طَاغُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Demikianlah
sekali-kali tidak pernah datang
kepada orang-orang sebelum mereka seorang
rasul melainkan mereka berkata: “Dia
tukang sihir, atau orang gila!” Adakah mereka saling mewasiatkan mengenai
itu? Tidak, bahkan mereka itu semua
kaum pendurhaka (Al- Dzāriyāt [51]:53-54).
Mengenai tuduhan-tuduhan dusta serta
berbagai fitnah seperti itu lihat pula QS.15:7; QS.26:28; QS.37:37; QS.51:40;
QS,54:10; QS.68:52, dan Nabi Besar Muhammad saw. pun tidak luput dari tuduhan dan fitnah tersebut (QS,52:30; QS.68:3; QS.81:23).
Begitu menyoloknya persamaan tuduhan-tuduhan yang
dilancarkan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan para mushlih rabbani (rasul-rasul
Allah) lainnya oleh lawan-lawan mereka sepanjang masa, sehingga nampaknya
orang-orang kafir dari abad tertentu menurunkan
atau mewasiyatkan atau mewariskan berbagai tuduhan-tuduhan
tersebut kepada keturunan mereka, supaya terus
melancarkan lagi tuduhan-tuduhan itu.
Sunnatullāh pendustaan
dan penentangan tersebut terjadi pula
di Akhir Zaman ini terhadap Al-Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., sebab pada
hakikatnya adanya pendustaan dan penentangan tersebut membuktikan kebenaran pendakwaan rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37).
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 22 Ramadhan 2012
Ki
Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar