Selasa, 28 Agustus 2012

Penghinaan Para Pemuka Agama Yahudi kepada Maryam binti 'Imran dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.


 

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


  SURAH YÂ SÎN JANTUNG AL-QURAN

Bab 55

 Penghinaan Para Pemuka Kaum Yahudi 
Terhadap Maryam binti 'Imran dan 
Nabi Isa ibnu Maryam a.s. 

 Oleh
                                                                                
Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  mengenai kepergian Maryam binti ‘Imran dan keluarganya ke “suatu tempat yang jauh”,  firman-Nya:
قَالَ  کَذٰلِکِ ۚ قَالَ رَبُّکِ ہُوَ  عَلَیَّ ہَیِّنٌ ۚ وَ  لِنَجۡعَلَہٗۤ  اٰیَۃً  لِّلنَّاسِ وَ رَحۡمَۃً  مِّنَّا ۚ وَ کَانَ  اَمۡرًا مَّقۡضِیًّا ﴿﴾  فَحَمَلَتۡہُ  فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾
Ia, malaikat, berkata: "Demikianlah. Tuhan engkau ber­firman: "Itu mudah bagi-Ku, dan supaya Kami menjadikan dia suatu Tanda bagi manusia serta suatu rahmat dari Kami, dan hal itu adalah perkara yang telah di­putuskan.”  Maka Maryam mengandungnya,   lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. (Maryam [19]:22-23).
  Kalimat  "lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauhmenunjuk kepada Bethlehem yang letaknya kurang lebih 70 mil sebelah selatan Nazaret. Ke sanalah Yusuf membawa  Maryam binti ‘Imran  beberapa waktu sebelum Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   lahir di kota itu. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾
Maka rasa sakit melahirkan  memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" (Maryam [19]:24).
       Sebagimana nampak dari Injil, tidak ada terdapat kamar di rumah penginapan  tempat Nabi Isa a.s. dilahirkan di kota  Bethlehem itu. Yusuf dan  Maryam binti ‘Imran  rupanya terpaksa tinggal di padang terbuka dan   Maryam binti ‘Imran berlindung di bawah sebatang pohon kurma, untuk beristirahat di bawah naungannya, dan boleh jadi juga untuk mendapat tempat bersandar di saat mengalami penderitaan waktu melahirkan bayi. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ  اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ  رَبُّکِ  تَحۡتَکِ  سَرِیًّا ﴿﴾   وَ ہُزِّیۡۤ  اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ  تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ  رُطَبًا جَنِیًّا ﴿۫﴾
Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati,  sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai  di   bawah engkau, dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar.”  (Maryam [19]:25-26).
  Oleh karena kata taht  (bawah) berarti pula lereng gunung (Lexicon Lane), maka ayat  ini menunjukkan bahwa suara itu datang kepada   Maryam binti ‘Imran  dari sisi lereng gunung. Sebenarnya Bethlehem terletak di atas sebuah bukit padas yang tingginya 2350 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi  oleh lembah-lembah yang sangat subur. Pada bukit padas itu terdapat mata air  yang salah satu di antaranya dikenal dengan nama "Mata air Sulaiman. " Mata air lainnya terletak pada jarak kira-kira 800 yard (1 yard = 91.44 cm) di sebelah tenggara kota itu. Keperluan akan air bagi kota Bethlehem dilayani oleh beberapa sumber (mata air) itu.

Maryam binti ‘Imran Melahirkan Bulan  Agustus-September

  Menurut ayat ini kelahiran Nabi  Isa ibnu Maryam a.s.   terjadi pada musim ketika pohon-pohon kurma di Yudaea sedang lebat dengan buah-buah kurma yang segar. Musim itu jelas bertepatan pada bulan-bulan Agustus dan September, tetapi menurut anggapan kalangan umat Kristen pada umumnya  Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dilahirkan pada tanggal 25 Desember, hari itu diperingati pada tiap-tiap tahun di seluruh dunia Kristen dengan sangat meriah. Pandangan umat Kristen ini bukan saja ditentang oleh Al-Quran tetapi juga oleh sejarah, bahkan oleh Kitab Perjanjian Baru sendiri.
    Ketika menulis mengenai waktu kelahiran Nabi Isa a.s.  Lukas berkata: "Maka di jajahan itu pun ada beberapa orang gembala, yang tinggal di padang menjaga kawanan binatangnya pada waktu malam" (Lukas 2:8). Menafsirkan pernyataan Lukas ini, Uskup Barns dalam bukunya yang tersohor  "The Rise of Christianity" pada halaman 79 berkata: "Lagi pula tidak ada dalil untuk mempercayai  bahwa 25 Desember itu Hari kelahiran Isa yang sebenarnya. Jika kita dapat menaruh kepercayaan sedikit saja pada ceritera-kelahiran (Isa)  dengan gembala-gembala berjaga-jaga pada malam hari di padang rumput dekat Bethlehem, seperti dikisahkan oleh Lukas, maka kelahiran Isa tidak terjadi di musim dingin ketika suhu di daerah pegunungan Yudaea waktu malam begitu rendah, sehingga adanya salju  bukan sesuatu hal yang luar biasa. Sesudah diadakan banyak perdebatan rupanya Hari Natal kita itu telah ditetapkan kira-kira pada tahun 300 Masehi.”
  Pandangan Uskup Barns itu telah didukung oleh "Encyclopaedia Britannica" dan "Chambers Encyclopaedia" (pada kata  "Christmas").
Hari dan tahun yang tepat  mengenai kelahiran Isa tidak pernah mendapat ketetapan yang memuaskan,  tetapi ketika bapak-bapak gerejawan pada tahun 340 Masehi memutuskan tanggal untuk merayakan peristiwa itu mereka dengan bijaksana memilih Hari-balik matahari (solstice) di musim dingin yang telah tertanam dengan kuat dalam hari rakyat dan yang merupakan pesta mereka yang terpenting. Oleh sebab adanya perubahan-perubahan dalam kalender- kalender buatan manusia. hari-balik matahari dan Hari Natal berselisih hanya beberapa hari saja (Encyclopaedia Britannica, 15th. edition, vol. 15, pp 642 & 642A) ....      Kedua, hari-balik matahari di musim dingin itu dianggap sebagai Hari kelahiran matahari, dan di Roma 25 Desember dianggap sebagai suatu pesta orang-orang musyrik memperingati solstice. Gereja, yang tidak dapat menghapuskan pesta rakyat ini, memberi rona ruhani sebagai Hari lahir Matahari Kesalehan (Ch. Encyclopaedia).
Pernyataan-pernyataan kedua Encyclopaedia ini selanjutnya didukung oleh "Commentary on the Bible" karangan Peake. Dalam buku ini, pada halaman 727 Peake berkata:  "Musim (saat kelahiran Isa) itu jatuh, bukan pada bulan Desember, Hari Natal kita merupakan tradisi di masa agak kemudian, yang mula pertama terdapat di barat." Dengan demikian penyelidikan terbaru berdasarkan ilmu sejarah mengenai asal-usul agama Kristen telah membuktikan kenyataan tanpa ada keraguan sekelumit pun, bahwa Yesus dilahirkan bukan dalam  bulan Desember.
    Dr. John D. Davis dalam bukunya  Dictionary of the Bible" di bawah kata "Year" menulis  bahwa kurma menjadi matang dalam bulan Elul; dan dalam  Commentary on the Bible" karangan Peake (halaman 117), kita dapati bahwa bulan Elul itu bertepatan dengan bulan-bulan Agustus dan September. Lebih jauh Dr. Peake mengatakan” "Y. Stewart dalam bukunya “When Did Our Lord Actually Live?  dengan membuktikan dari prasasti (tulisan) di sebuah gereja di Angora yang menyebutkan ceritera Injil yang sampai ke Tiongkok pada 25-28 Masehi menetapkan kelahiran Yesus pada tahun 8 s.M. (bulan September atau Oktober), dan menetapkan peristiwa penyaliban pada hari Rabu tahun 24 Masehi."
     Dari pernyataan-pernyataan kedua buku Encyclopaedia di atas dan didukung oleh kutipan-kutipan dari "Commentary on the Bible" karangan Dr. Arthur S. Peake. M.A.. D.D.. kenyataan itu nampak dengan jelas. bahwa Isa a.s. dilahirkam dalam  penanggalan Yahudi bulan Elul, bertepatan dengan bulan-bulan Agustus­-September, ketika buah kurma mematang di Yudaea, dan bukan pada tanggal 25 Desember  seperti Gereja menghendaki kita mempercayainya. Dan ini pula pandangan yang dikemukakan oleh Al-Quran.
    Pada hakikatnya segala kesukaran untuk menentukan hari lahir Nabi Isa a.s.. nampaknya telah timbul oleh karena kebingungan mengenai tanggal kehamilan Siti Maryam. Nampaknya  Maryam   binti ‘Imran telah menjadi hamil di bulan Nopember atau Desember dan bukan di bulan Maret atau April seperti dipercayai oleh ahli sejarah kaum gereja. Apabila kandungan Siti Maryam menjadi terlalu nyata  sehingga tidak dapat disembunyikan lagi sesudah beliau hamil empat atau lima bulan Yusuf terpaksa membawa   Maryam  binti ‘Imran  ke rumahnya pada bulan Maret atau April pada tahun berikutnya. Dengan demikian sejarah mengacaukan saat Siti Maryam dibawa oleh Yusuf ke rumahnya di bulan Maret atau April dengan saat beliau menjadi hamil, yang sebenarnya telah terjadi empat atau lima bulan sebelumnya.

Di Bethlehem Musim Pohon Kurma Berbuah

   Dari Surah Maryam ayat 25-26 ini nampak pula  bahwa ketika   Maryam binti ‘Imran melahirkan  beliau berbaring di suatu tempat terlindung yang terletak di bagian atas gunung, sedangkan pohon kurma berada di tempat yang landai, dan oleh karena itu Siti Maryam dengan mudah dapat mencapai batangnya dan mengguncangkannya.
   Bahwa di daerah Bethlehem terdapat banyak pohon kurma terbukti dari Bible (Hakim-hakim I:16) dan juga dari "A Dictonary of the Bible" oleh Dr. John D. Davis D.D.. Lagi pula, kenyataan bahwa   Maryam binti ‘Imran  telah dibimbing ke suatu mata air, seperti disebutkan dalam ayat terdahulu untuk minum  air dan membasuh dirinya,  mengisyaratkan bahwa kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. telah terjadi dalam bulan Agustus - September, sebab  Maryam binti ‘Imran tidak mungkin membasuh dirinya di tempat terbuka dalam cuaca Yudaea sedingin es di bulan Desember.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ  اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ  اِنۡسِیًّا ﴿ۚ﴾
"Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah  maka aku tidak akan pernah bercakap-cakap hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:27).
     Perintah menghindari percakapan yang tidak berguna itu dimaksudkan, yaitu  di  satu pihak untuk menyimpan kekuatan badannya, dan di pihak lain untuk memberi beliau lebih banyak waktu untuk mengkhususkan diri berzikir Ilahi. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَتَتۡ بِہٖ  قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ قَالُوۡا  یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ  شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾
 Maka Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka ber­kata: "Hai Maryam,  sungguh  engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji. (Maryam [19]:28).
  Untuk arti kata tersebut lihat QS.9:92. Dari Injil nampak. bahwa sesudah kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam   a.s. di Bethlehem, Yusuf telah membawa  Maryam binti ‘Imran ke Mesir untuk memenuhi perintah Ilahi. Di sana mereka berdiam untuk beberapa tahun lamanya dan barusesudah wafat Herodes keluarga itu pulang kembali ke Nazaret dan bermukim di sana (Matius 2:13-23).
 Terdapat pula satu nubuatan dalam Bible  bahwa Yesus akan datang kepada kaumnya bersama ibunda beliau dengan menunggang seekor keledai (Matius 21:4-7). Yesus dan Siti Maryam sungguh­-sungguh menunggang keledai tatkala mereka memasuki Yerusalem. Ungkapan tahmiluhū  mungkin pula menunjuk kepada nubuatan Bible tersebut. Ayat ini menunjuk kepada masa sebelum Yesus mencapai tingkat kenabian seperti nampak dari ayat-ayat 31-34.

Celaan Para Pemuka Kaum Yahudi

       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai penghinaan para para pemuka kaum Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran:
یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ  اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ مَا  کَانَتۡ  اُمُّکِ  بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾
 "Hai saudara perempuan Harun, ayah engkau sama sekali bukan  seorang buruk dan  ibu engkau   sekali-kali  bukan seorang pezina!" (Maryam [19]:29).
   Fariy berarti pula orang yang mengada-adakan dusta (Lane). Dengan mempergunakan kata ini para pemuka Yahudi menuduh secara halus  bahwa  Maryam binti ‘Imran seorang perempuan  yang tidak baik dan Isa Al-Masih tukang mengada-adakan dusta dan seorang nabi palsu.
    Masalah  Maryam binti ‘Imran telah disebut  sebagai saudara perempuan Harun a.s. dalam Al-Quran pernah diajukan ke hadapan Nabi Besar Muhammad saw.  sendiri, dan beliau bertanya kepada si penanya itu: “Apakah ia tidak mengetahui bahwa Bani Israil biasa menamakan anak-anak mereka menurut nama nabi-nabi dan wali-wali mereka?” (Bayan, jilid 6, halaman 16; Tafsir ibnu Jarir, jilid 16. halaman 52).
  Maryam binti ‘Imran di sini disebut saudara perempuan Harun a.s. dan bukan saudara perempuan Musa a.s., meskipun kedua-duanya bersaudara, sebab sementara nabi Musa a.s. itu pendiri syariat  Yahudi, sedangkan Nabi Harun a.s. itu kepala golongan pendeta agama Yahudi (Encyclopaedia Biblica  & Encyclopaedia Britannica, pada kata "Āron"), dan  Maryam binti ‘Imran pun adalah dari kalangan pendeta juga.
  Thabari telah menguraikan satu kejadian dalam kehidupan Nabi Besar Muuyhammad saw. yang memberi penjelasan mengenai hikmah arti kata-kata dalam bahasa Arab demikian seperti: ab, 'am, ukht, dan sebagainya. Ketika Shafiyah. istri Nabi Besar Muhammad saw. --  dan kebetulan iaseorang keturunan Yahudi-- pada suatu ketika mengadu kepada beliau saw. bahwa beberapa istri beliau saw. lainnya dengan sikap benci telah menamakannya seorang perempuan Yahudi,  lalu Nabi Besar Muhammad saw. mengatakan untuk mengembalikan ejekan itu dengan mengatakan bahwa Nabi Harun adalah ayahnya,  Nabi Musa a.s. adalah pamannya, dan Muhammad saw. adalah suaminya.  Beliau saw. tentu mengetahui bahwa Harun a.s. bukanlah ayah Shafiyah, begitu pula Nabi Musa a.s. bukanlah pamannya. Isyarat kepada tuduhan ini terdapat pula dalam Al-Quran dalam QS.33:70.
  Pemuka-pemuka kaum Yahudi, dengan menyebut   Maryam binti ‘Imran "saudara perempuan Harun" mungkin bermaksud mengatakan bahwa sebagaimana Maryam, yaitu saudara perempuan Harun a.s., yang menuduh Musa a.s. menikahi seorang perempuan dengan cara tidak sah, telah melakukan dosa yang keji (isyarat kepada tuduhan itu terdapat dalam QS.33:70); demikian pula  Maryam binti ‘IMran  seperti perempuan yang senama dengan beliau melakukan perbuatan keji dengan melahirkan seorang bayi  dengan jalan tidak sah.

Sikap Takabur Para Pemuka Kaum Yahudi

Menghadapi penghinaan para pemuka kaum Yahudi tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ مَنۡ  کَانَ فِی  الۡمَہۡدِ  صَبِیًّا ﴿ ﴾
Maka ia, Maryam,  memberi isyarah kepadanya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?" (Maryam [19]:30).
  Kata-kata "ia memberi isyarah kepadanya" menyatakan bahwa Maryam binti ‘Imran    mengetahui jawaban apa yang akan diberikan oleh Nabi Isa ibnu Maryam a.s. bila para  pemuka kaum Yahudi mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka kepada beliau. Kata-kata ini mungkin pula menyatakan  bahwa  Maryam binti ‘Imran mengetahui bahwa jika beliau menyatakan diri beliau tidak bersalah maka tidak ada seorang pun akan mempercayai beliau, satu-satunya bukti mengenai kesuciannya adalah anaknya.
   Maksud Maryam binti ‘Imran  adalah  bahwa anak yang begitu suci dan saleh  dan oleh Tuhan telah dianugerahi sifat-sifat yang begitu mulia  tidak mungkin lahir dari akibat hubungan serong, dan bahwa kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat beliau yang utama dengan sendirinya merupakan bukti yang cukup kuat bagi kesucian  Maryam binti ‘Imran karena itu beliau menunjuk kepada anak beliau.
  Ayat ini tidak mengemukakan kesulitan apa pun. Ketika  Maryam binti ‘Imran  yang karena diejek para pemuka kaum Yahudi  mengarahkan perhatian mereka kepada Nabi Isa a.s., mereka tidak sudi berbicara dengan beliau a.s. dan mengatakan dengan sikap benci bagaimana mungkin mereka akan berbicara dengan "anak masih dalam buaian" maksudnya dengan seorang anak yang telah dilahirkan dan dibesarkan di hadapan mata mereka sendiri. Orang-orang tua suka berkata demikian bila diajak belajar hikmah dari seorang yang umurnya jauh lebih muda dari mereka sendiri. Kata-kata ini hanya merupakan ungkapan rasa benci dan mengandung hinaan terhadap Nabi Isa ibnu Maryam a.s. Lihat pula QS.3:47. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ اِنِّیۡ عَبۡدُ اللّٰہِ ۟ؕ اٰتٰنِیَ الۡکِتٰبَ وَ جَعَلَنِیۡ  نَبِیًّا ﴿ۙ ﴾  وَّ جَعَلَنِیۡ مُبٰرَکًا اَیۡنَ مَا کُنۡتُ ۪ وَ اَوۡصٰنِیۡ بِالصَّلٰوۃِ  وَ الزَّکٰوۃِ مَا دُمۡتُ  حَیًّا ﴿۪ۖ ﴾ وَّ بَرًّۢا بِوَالِدَتِیۡ ۫ وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡنِیۡ جَبَّارًا شَقِیًّا ﴿ ﴾   
Ia, Ibnu Maryam, berkata: "Sesungguhnya aku seorang hamba Allah, Dia telah menganugerahkan kepadaku Kitab itu dan Dia telah menjadikanku seorang nabi,    dan Dia telah menjadikan­ku diberkati di mana pun aku ber­ada, dan telah memerintahkanku mendirikan  shalat dan membayar zakat selama aku hidup." Dan  berbakti  kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang   yang sewenang-wenang lagi sial (Maryam [19]:31-33).

Dua Masa yang Berlainan

  Percakapan yang Nabi Isa ibnu Maryam  a.s. lakukan dengan para pemuka kaum Yahudi dan tercantum dalam ayat-ayat ini (31-34) tidak mungkin percakapan seorang kanak-kanak. Semua pernyataan dari mulut seorang anak kecil dianggap ucapan dusta belaka,  dan siapakah yang akan menyebut ucapan-ucapan dusta sebagai suatu mukjizat? Ketika itu Isa a.s. bukan nabi, begitu pula belum melakukan shalat atau zakat ataupun diberi Kitab.
  Lagi pula dalam QS.3:47 mukjizat ini diterangkan dengan peristiwa bahwa Isa a.s. telah berbicara kepada orang banyak ketika beliau masih dalam buaian dan juga ketika dalam tengah umur. Tetapi percakapan seseorang dalam pertengahan  umur sekali-sekali bukan mukjizat lagi, dan dengan mencantumkan kata "buaian" bersama kata-kata "sudah pertengahan umur" Al-Quran seolah-olah mengemukakan bahwa percakapan Isa a.s. dalam buaian  maupun ketika beliau telah mencapai pertengahan umur tidak merupakan mukjizat dalam artian yang biasa diartikan umum, tetapi memang suatu mukjizat dalam artian bahwa beliau mengucapkan kata-kata yang luar biasa bijaknya di masa kanak-kanak  maupun di pertengahan umur.
   Digabungkannya dua pasang kata itu mengandung pula suatu nubuatan bahwa Nabi Isa a.s tidak akan mati muda, tetapi akan hidup lama hingga mencapai usia tua dengan penuh kedewasaan. Nubuatan ini sungguh mengandung mukjizat yang sebenar-benarnya. Tetapi  bila kata mahd diberi arti "masa persiapan" yang juga merupakan salah satu dari arti-arti kata ini, kemudian ayat QS.3:47 akan berarti  bahwa Nabi Isa a.s. akan berbicara kepada orang banyak dengan kata-kata yang penuh dengan hikmah dan ilmu ruhani yang luar biasa, jauh di atas umur dan pengalaman beliau. baik di masa persiapan, yaitu di masa muda, maupun dalam masa pertengahan umur. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai jawaban Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s.:
وَ السَّلٰمُ عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدۡتُّ وَ یَوۡمَ اَمُوۡتُ  وَ  یَوۡمَ  اُبۡعَثُ  حَیًّا ﴿ ﴾   ذٰلِکَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَقِّ الَّذِیۡ  فِیۡہِ  یَمۡتَرُوۡنَ ﴿ ﴾
"Dan selamat-sejahtera atasku  pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku akan dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa ibnu Maryam, suatu perkataan  haq yang  mengenainya mereka saling  berbantah. (Maryam [19]:34-35).
   Ungkapan  "Ibn Maryam" merupakan nama khas Isa a.s. Di satu pihak ungkapan ini menunjuk kepada kelahiran beliau tanpa ayah, di pihak lain ungkapan ini memberi beliau nama, yang tidak mungkin dikacaukan dengan nama orang lain. Injil telah mempergunakan nama kecil "Ibn Adam" (anak manusia) bagi beliau, tetapi nama kecil ini telah dipakai pula dalam Bible untuk orang-orang lain. "Ibn Maryam" (Anak Maryam) sekaligus merupakan nama khusus dan nama sifat beliau.

Kelahiran dan Wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Mengundang Kontroversi

  Barangkali tidak ada orang lain dalam sejarah agama yang mengenainya terdapat perselisihan yang begitu banyak dan begitu jauh jangkauannya seperti Isa anak Maryam. Orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen, dan orang-orang Islam semuanya berpegang pada pandangan-pandangan yang sangat berlainan mengenai kelahiran Nabi Isa a.s., cara beliau menemui ajal, dan juga mengenai beberapa peristiwa yang penting dalam kehidupan beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَا کَانَ لِلّٰہِ اَنۡ یَّتَّخِذَ مِنۡ  وَّلَدٍ ۙ سُبۡحٰنَہٗ ؕ اِذَا  قَضٰۤی اَمۡرًا فَاِنَّمَا یَقُوۡلُ لَہٗ  کُنۡ فَیَکُوۡنُ ﴿ؕ ﴾  وَ اِنَّ اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبُّکُمۡ فَاعۡبُدُوۡہُ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ  مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾  فَاخۡتَلَفَ الۡاَحۡزَابُ مِنۡۢ بَیۡنِہِمۡ ۚ فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا مِنۡ مَّشۡہَدِ یَوۡمٍ عَظِیۡمٍ ﴿ ﴾
Sekali-kali  tidak layak bagi Allah mengambil seorang anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia menetapkan suatu perintah Dia maka sesungguhnya Dia hanya berfirman  mengenainya: "Jadilah  maka terjadilah.  Dan sesung­guhnya   Allah adalah Tuhan-ku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus."   Tetapi golongan-golongan itu berselisih di antara mereka maka  celakalah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan  Hari yang besar. (Maryam [19]:36-38).
  Umat Kristen percaya bahwa Isa a.s. adalah anak Tuhan, mereka menyandarkan kepercayaan ini kepada anggapan  bahwa Bible menyebut beliau “anak Allah." Tetapi dalam Bible orang-orang yang  lain pun telah disebut atau  dipanggil "anak Allah". Nabi Isa a.s. tidak mernpunyai kemuliaan yang istimewa dalam hal Ini,  karena itu beliau sebagai "anak Allah" tidak lebih dari halnya pribadi-pribadi lain yang telah mendapat panggilan yang serupa (Lukas 20; 36; Yermia 31:9; Matius 6:9; Yahya 8:41 & Epesus 4:6).
         Dalam bahasa Arab kata kun selain dialamatkan kepada sesuatu, dipergunakan pula untuk menyatakan keinginan yang sangat dirasakan. Dalam satu gerakan militer, seorang sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  yang  sangat berani dan setia, yaitu  Abu Khaisamah, kebetulan tidak ikut serta. Beliau saw. sangat merasakan ketidak-hadirannya. Ketika tengah berkecamuknya peperangan, beliau melihat dari jarak jauh seorang penunggang kuda sedang menuju arah beliau dengan kecepatan tinggi, beliau berteriak: "Kun Abu Khaisamah!"   (Jadilah Abu Khaisamah),  maksudnya  mudah-mudahan orang itu Abu Khaisamah, dan benar juga orang itu Abu Khaisamah (Halbiyah). Jadi, kata kun mengandung arti bahwa apabila Allah Swt. menginginkan atau menghendaki sesuatu terwujud maka sesuatu itu terwujudlah; atau bila Allāh Swt. menyatakan sesuatu keinginan maka keinginan itu memperoleh bentuk yang nyata. Kata itu tidak mendukung pandangan bahwa ruh dan benda itu azali atau sama kekalnya seperti  Allah.

  
(Bersambung). 


Rujukan: The Holy Quran
Editor:    Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar”, 28 Agustus  2012
Ki Langlang Buana Kusuma



Tidak ada komentar:

Posting Komentar