بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
SURAH YÂ SÎN
JANTUNG AL-QURAN
Bab 55
Penghinaan Para Pemuka Kaum Yahudi
Terhadap Maryam binti 'Imran dan
Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
Oleh
Ki Langlang
Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai kepergian Maryam
binti ‘Imran dan keluarganya ke “suatu
tempat yang jauh”, firman-Nya:
قَالَ کَذٰلِکِ ۚ قَالَ رَبُّکِ ہُوَ عَلَیَّ ہَیِّنٌ ۚ وَ لِنَجۡعَلَہٗۤ
اٰیَۃً لِّلنَّاسِ وَ
رَحۡمَۃً مِّنَّا ۚ وَ کَانَ اَمۡرًا مَّقۡضِیًّا ﴿﴾ فَحَمَلَتۡہُ
فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾
Ia, malaikat, berkata:
"Demikianlah. Tuhan engkau berfirman: "Itu mudah bagi-Ku, dan supaya Kami
menjadikan dia suatu Tanda bagi manusia serta suatu rahmat dari Kami, dan hal itu adalah perkara yang telah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu
tempat yang jauh. (Maryam [19]:22-23).
Kalimat "lalu
ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh” menunjuk kepada Bethlehem yang letaknya kurang
lebih 70 mil sebelah selatan Nazaret. Ke sanalah Yusuf membawa Maryam binti ‘Imran beberapa waktu sebelum Nabi Isa ibnu Maryam
a.s. lahir di kota itu.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ
قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا
مَّنۡسِیًّا ﴿﴾
Maka rasa sakit melahirkan
memaksanya pergi ke
sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" (Maryam
[19]:24).
Sebagimana nampak dari Injil, tidak ada terdapat kamar di rumah penginapan tempat Nabi Isa a.s. dilahirkan di kota Bethlehem itu. Yusuf dan Maryam binti ‘Imran rupanya terpaksa tinggal di padang terbuka dan Maryam binti
‘Imran berlindung di bawah sebatang pohon
kurma, untuk beristirahat di bawah naungannya, dan boleh jadi juga untuk
mendapat tempat bersandar di saat
mengalami penderitaan waktu melahirkan bayi. Selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
فَنَادٰىہَا
مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ
جَعَلَ رَبُّکِ تَحۡتَکِ
سَرِیًّا ﴿﴾ وَ
ہُزِّیۡۤ اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا جَنِیًّا ﴿۫﴾
Maka ia, malaikat, menyerunya
dari arah bawah dia: "Janganlah engkau bersedih
hati, sungguh Tuhan engkau telah membuat
anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan ke arah engkau pelepah
batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma
yang matang lagi segar.” (Maryam [19]:25-26).
Oleh
karena kata taht (bawah) berarti
pula lereng gunung (Lexicon Lane),
maka ayat ini menunjukkan bahwa suara
itu datang kepada Maryam binti ‘Imran dari sisi lereng gunung. Sebenarnya Bethlehem
terletak di atas sebuah bukit padas yang tingginya 2350 kaki dari permukaan
laut dan dikelilingi oleh lembah-lembah
yang sangat subur. Pada bukit padas itu terdapat mata air yang salah satu di antaranya dikenal dengan
nama "Mata air Sulaiman. " Mata air lainnya terletak pada jarak
kira-kira 800 yard (1 yard = 91.44 cm) di sebelah tenggara kota itu. Keperluan
akan air bagi kota Bethlehem dilayani oleh beberapa sumber (mata air) itu.
Maryam binti ‘Imran Melahirkan Bulan Agustus-September
Menurut
ayat ini kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. terjadi pada musim ketika pohon-pohon
kurma di Yudaea sedang lebat dengan buah-buah kurma yang segar. Musim itu
jelas bertepatan pada bulan-bulan Agustus
dan September, tetapi menurut
anggapan kalangan umat Kristen pada umumnya
Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dilahirkan pada tanggal 25 Desember, hari itu diperingati pada tiap-tiap tahun di seluruh
dunia Kristen dengan sangat meriah. Pandangan umat Kristen ini bukan saja ditentang oleh Al-Quran tetapi juga oleh sejarah,
bahkan oleh Kitab Perjanjian Baru sendiri.
Ketika
menulis mengenai waktu kelahiran Nabi Isa a.s.
Lukas berkata: "Maka di
jajahan itu pun ada beberapa orang gembala, yang tinggal di padang menjaga
kawanan binatangnya pada waktu malam" (Lukas 2:8). Menafsirkan pernyataan Lukas ini, Uskup Barns
dalam bukunya yang tersohor "The Rise of Christianity"
pada halaman 79 berkata: "Lagi pula
tidak ada dalil untuk mempercayai bahwa
25 Desember itu Hari kelahiran Isa yang sebenarnya. Jika kita dapat menaruh
kepercayaan sedikit saja pada ceritera-kelahiran (Isa) dengan gembala-gembala berjaga-jaga pada
malam hari di padang rumput dekat Bethlehem, seperti dikisahkan oleh Lukas,
maka kelahiran Isa tidak terjadi di musim dingin ketika suhu di daerah
pegunungan Yudaea waktu malam begitu rendah, sehingga adanya salju bukan sesuatu hal yang luar biasa. Sesudah
diadakan banyak perdebatan rupanya Hari Natal kita itu telah ditetapkan
kira-kira pada tahun 300 Masehi.”
Pandangan Uskup Barns itu telah didukung oleh
"Encyclopaedia Britannica"
dan "Chambers Encyclopaedia" (pada kata "Christmas").
Hari dan
tahun yang tepat mengenai kelahiran Isa
tidak pernah mendapat ketetapan yang memuaskan,
tetapi ketika bapak-bapak gerejawan pada tahun 340 Masehi memutuskan
tanggal untuk merayakan peristiwa itu mereka dengan bijaksana memilih
Hari-balik matahari (solstice) di musim dingin yang telah tertanam dengan kuat
dalam hari rakyat dan yang merupakan pesta mereka yang terpenting. Oleh sebab
adanya perubahan-perubahan dalam kalender- kalender buatan manusia. hari-balik
matahari dan Hari Natal berselisih hanya beberapa hari saja (Encyclopaedia Britannica, 15th.
edition, vol. 15, pp 642 & 642A) ....
Kedua, hari-balik matahari di musim dingin itu dianggap sebagai Hari kelahiran
matahari, dan di Roma 25 Desember dianggap sebagai suatu pesta orang-orang
musyrik memperingati solstice. Gereja, yang tidak dapat menghapuskan pesta
rakyat ini, memberi rona ruhani sebagai Hari lahir Matahari Kesalehan (Ch. Encyclopaedia).
Pernyataan-pernyataan
kedua Encyclopaedia ini selanjutnya didukung oleh "Commentary on the Bible" karangan
Peake. Dalam buku ini, pada halaman 727 Peake berkata: "Musim
(saat kelahiran Isa) itu jatuh, bukan pada bulan Desember, Hari Natal kita
merupakan tradisi di masa agak kemudian, yang mula pertama terdapat di barat."
Dengan demikian penyelidikan terbaru berdasarkan ilmu sejarah mengenai
asal-usul agama Kristen telah membuktikan kenyataan tanpa ada keraguan
sekelumit pun, bahwa Yesus dilahirkan bukan
dalam bulan Desember.
Dr. John D.
Davis dalam bukunya “Dictionary of
the Bible" di bawah kata "Year" menulis bahwa kurma menjadi matang dalam bulan Elul;
dan dalam “Commentary on the Bible"
karangan Peake (halaman 117), kita dapati bahwa bulan Elul itu bertepatan
dengan bulan-bulan Agustus dan September. Lebih jauh Dr. Peake mengatakan”
"Y. Stewart dalam bukunya “When Did Our Lord Actually Live? dengan membuktikan dari prasasti (tulisan) di
sebuah gereja di Angora yang menyebutkan ceritera Injil yang sampai ke Tiongkok
pada 25-28 Masehi menetapkan kelahiran Yesus pada tahun 8 s.M. (bulan September
atau Oktober), dan menetapkan peristiwa penyaliban pada hari Rabu tahun 24
Masehi."
Dari pernyataan-pernyataan kedua buku Encyclopaedia
di atas dan didukung oleh kutipan-kutipan dari "Commentary on
the Bible" karangan Dr. Arthur S. Peake. M.A.. D.D.. kenyataan itu
nampak dengan jelas. bahwa Isa a.s. dilahirkam dalam penanggalan Yahudi bulan Elul, bertepatan
dengan bulan-bulan Agustus-September, ketika buah kurma mematang di Yudaea, dan
bukan pada tanggal 25 Desember seperti
Gereja menghendaki kita mempercayainya. Dan ini pula pandangan yang dikemukakan
oleh Al-Quran.
Pada
hakikatnya segala kesukaran untuk menentukan hari lahir Nabi Isa a.s..
nampaknya telah timbul oleh karena kebingungan mengenai tanggal kehamilan Siti
Maryam. Nampaknya Maryam binti ‘Imran telah menjadi hamil di bulan Nopember atau Desember
dan bukan di bulan Maret atau April seperti dipercayai oleh ahli sejarah kaum
gereja. Apabila kandungan Siti Maryam menjadi terlalu nyata sehingga tidak dapat disembunyikan lagi
sesudah beliau hamil empat atau lima
bulan Yusuf terpaksa membawa Maryam binti ‘Imran ke rumahnya pada bulan Maret atau April pada
tahun berikutnya. Dengan demikian sejarah mengacaukan saat Siti Maryam dibawa
oleh Yusuf ke rumahnya di bulan Maret atau April dengan saat beliau menjadi
hamil, yang sebenarnya telah terjadi empat atau lima bulan sebelumnya.
Di Bethlehem Musim Pohon Kurma Berbuah
Dari Surah Maryam ayat 25-26 ini nampak
pula bahwa ketika Maryam binti
‘Imran melahirkan beliau berbaring di
suatu tempat terlindung yang terletak di bagian atas gunung, sedangkan pohon kurma berada di tempat yang
landai, dan oleh karena itu Siti Maryam dengan mudah dapat mencapai batangnya
dan mengguncangkannya.
Bahwa di
daerah Bethlehem terdapat banyak pohon
kurma terbukti dari Bible (Hakim-hakim
I:16) dan juga dari "A
Dictonary of the Bible" oleh Dr. John D. Davis D.D.. Lagi pula,
kenyataan bahwa Maryam binti ‘Imran telah dibimbing ke suatu mata air, seperti disebutkan dalam ayat terdahulu untuk minum
air dan membasuh dirinya, mengisyaratkan bahwa kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. telah terjadi dalam bulan Agustus - September, sebab Maryam binti
‘Imran tidak mungkin membasuh dirinya di tempat terbuka dalam cuaca Yudaea sedingin es di bulan Desember.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا
تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ
اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا ﴿ۚ﴾
"Maka makanlah dan minumlah,
dan sejukkanlah mata engkau Dan jika
engkau melihat seorang manusia maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa
untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku tidak akan pernah bercakap-cakap hari
ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:27).
Perintah menghindari percakapan yang tidak
berguna itu dimaksudkan, yaitu di satu pihak untuk menyimpan kekuatan badannya,
dan di pihak lain untuk memberi beliau lebih banyak waktu untuk mengkhususkan
diri berzikir Ilahi. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَتَتۡ
بِہٖ قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ
قَالُوۡا یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾
Maka Maryam
membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya.
Mereka berkata: "Hai Maryam, sungguh
engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji. (Maryam
[19]:28).
Untuk arti kata tersebut lihat QS.9:92. Dari
Injil nampak. bahwa sesudah kelahiran Nabi Isa ibnu Maryam a.s. di
Bethlehem, Yusuf telah membawa Maryam binti
‘Imran ke Mesir untuk memenuhi perintah
Ilahi. Di sana mereka berdiam untuk beberapa tahun lamanya dan barusesudah
wafat Herodes keluarga itu pulang kembali ke Nazaret dan bermukim di sana (Matius
2:13-23).
Terdapat pula satu nubuatan dalam Bible bahwa Yesus akan datang kepada kaumnya
bersama ibunda beliau dengan menunggang seekor keledai (Matius 21:4-7).
Yesus dan Siti Maryam sungguh-sungguh menunggang keledai tatkala mereka
memasuki Yerusalem. Ungkapan tahmiluhū
mungkin pula menunjuk kepada nubuatan Bible tersebut. Ayat ini
menunjuk kepada masa sebelum Yesus mencapai tingkat kenabian seperti nampak
dari ayat-ayat 31-34.
Celaan Para Pemuka Kaum Yahudi
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai penghinaan para para pemuka
kaum Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran:
یٰۤاُخۡتَ
ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ اَبُوۡکِ امۡرَ اَ
سَوۡءٍ وَّ مَا کَانَتۡ اُمُّکِ
بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾
"Hai saudara
perempuan Harun, ayah engkau sama
sekali bukan seorang buruk dan ibu
engkau sekali-kali bukan seorang pezina!" (Maryam
[19]:29).
Fariy berarti pula orang yang mengada-adakan dusta
(Lane). Dengan mempergunakan kata ini para pemuka Yahudi menuduh secara
halus bahwa Maryam binti ‘Imran seorang perempuan
yang tidak baik dan Isa Al-Masih tukang mengada-adakan dusta dan
seorang nabi palsu.
Masalah Maryam binti ‘Imran telah disebut sebagai saudara perempuan Harun a.s.
dalam Al-Quran pernah diajukan ke hadapan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri, dan beliau bertanya kepada si penanya
itu: “Apakah ia tidak mengetahui bahwa Bani Israil biasa menamakan anak-anak
mereka menurut nama nabi-nabi dan wali-wali mereka?” (Bayan, jilid 6, halaman 16; Tafsir ibnu Jarir, jilid 16. halaman 52).
Maryam binti
‘Imran di sini disebut saudara perempuan Harun a.s. dan bukan saudara
perempuan Musa a.s., meskipun kedua-duanya bersaudara, sebab sementara nabi
Musa a.s. itu pendiri syariat Yahudi,
sedangkan Nabi Harun a.s. itu kepala golongan pendeta agama Yahudi (Encyclopaedia Biblica & Encyclopaedia
Britannica, pada kata "Āron"), dan Maryam binti ‘Imran pun adalah dari kalangan pendeta juga.
Thabari telah menguraikan satu kejadian dalam
kehidupan Nabi Besar Muuyhammad saw. yang memberi penjelasan mengenai hikmah
arti kata-kata dalam bahasa Arab demikian seperti: ab, 'am, ukht,
dan sebagainya. Ketika Shafiyah. istri Nabi Besar Muhammad saw. -- dan kebetulan iaseorang keturunan Yahudi-- pada
suatu ketika mengadu kepada beliau saw. bahwa beberapa istri beliau saw. lainnya
dengan sikap benci telah menamakannya seorang perempuan Yahudi, lalu Nabi
Besar Muhammad saw. mengatakan untuk mengembalikan ejekan itu dengan mengatakan bahwa Nabi Harun adalah ayahnya, Nabi Musa a.s. adalah pamannya, dan Muhammad
saw. adalah suaminya. Beliau saw. tentu
mengetahui bahwa Harun a.s. bukanlah ayah Shafiyah, begitu pula Nabi Musa a.s.
bukanlah pamannya. Isyarat kepada tuduhan ini terdapat pula dalam Al-Quran
dalam QS.33:70.
Pemuka-pemuka kaum Yahudi, dengan menyebut Maryam binti
‘Imran "saudara perempuan Harun" mungkin bermaksud mengatakan bahwa
sebagaimana Maryam, yaitu saudara perempuan Harun a.s., yang menuduh Musa a.s.
menikahi seorang perempuan dengan cara tidak sah, telah melakukan dosa yang
keji (isyarat kepada tuduhan itu terdapat dalam QS.33:70); demikian pula Maryam binti ‘IMran seperti perempuan yang senama dengan beliau
melakukan perbuatan keji dengan melahirkan seorang bayi dengan jalan tidak sah.
Sikap Takabur Para Pemuka Kaum Yahudi
Menghadapi penghinaan para pemuka
kaum Yahudi tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَشَارَتۡ
اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ مَنۡ
کَانَ فِی الۡمَہۡدِ صَبِیًّا ﴿ ﴾
Maka ia, Maryam, memberi isyarah
kepadanya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?" (Maryam
[19]:30).
Kata-kata "ia memberi isyarah
kepadanya" menyatakan bahwa Maryam binti ‘Imran mengetahui jawaban apa yang akan diberikan
oleh Nabi Isa ibnu Maryam a.s. bila para
pemuka kaum Yahudi mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka kepada
beliau. Kata-kata ini mungkin pula menyatakan
bahwa Maryam binti ‘Imran
mengetahui bahwa jika beliau menyatakan diri beliau tidak bersalah maka tidak ada seorang pun akan mempercayai beliau,
satu-satunya bukti mengenai kesuciannya adalah anaknya.
Maksud Maryam binti ‘Imran adalah bahwa anak
yang begitu suci dan saleh dan oleh Tuhan telah dianugerahi sifat-sifat yang begitu mulia tidak mungkin lahir dari akibat hubungan serong, dan bahwa kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat beliau yang utama dengan
sendirinya merupakan bukti yang cukup
kuat bagi kesucian Maryam binti ‘Imran karena itu beliau menunjuk
kepada anak beliau.
Ayat
ini tidak mengemukakan kesulitan apa pun. Ketika Maryam binti ‘Imran yang karena diejek para pemuka kaum
Yahudi mengarahkan perhatian mereka
kepada Nabi Isa a.s., mereka tidak sudi berbicara dengan beliau a.s. dan
mengatakan dengan sikap benci bagaimana mungkin mereka akan berbicara dengan
"anak masih dalam buaian"
maksudnya dengan seorang anak yang telah dilahirkan dan dibesarkan di hadapan
mata mereka sendiri. Orang-orang tua suka berkata demikian bila diajak belajar
hikmah dari seorang yang umurnya jauh lebih muda dari mereka sendiri. Kata-kata
ini hanya merupakan ungkapan rasa benci dan mengandung hinaan terhadap Nabi Isa
ibnu Maryam a.s. Lihat pula QS.3:47. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ اِنِّیۡ عَبۡدُ اللّٰہِ ۟ؕ اٰتٰنِیَ الۡکِتٰبَ وَ جَعَلَنِیۡ
نَبِیًّا ﴿ۙ ﴾ وَّ جَعَلَنِیۡ مُبٰرَکًا اَیۡنَ مَا کُنۡتُ ۪
وَ اَوۡصٰنِیۡ بِالصَّلٰوۃِ وَ الزَّکٰوۃِ
مَا دُمۡتُ حَیًّا ﴿۪ۖ ﴾ وَّ بَرًّۢا
بِوَالِدَتِیۡ ۫ وَ لَمۡ یَجۡعَلۡنِیۡ
جَبَّارًا شَقِیًّا ﴿ ﴾
Ia, Ibnu Maryam, berkata:
"Sesungguhnya aku seorang hamba Allah,
Dia telah menganugerahkan kepadaku Kitab
itu dan Dia telah menjadikanku seorang
nabi, dan Dia telah menjadikanku diberkati di mana
pun aku berada, dan telah memerintahkanku mendirikan shalat
dan membayar zakat selama aku
hidup." Dan berbakti
kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sewenang-wenang lagi sial” (Maryam [19]:31-33).
Dua Masa yang Berlainan
Percakapan yang Nabi Isa ibnu Maryam a.s. lakukan dengan para pemuka kaum Yahudi
dan tercantum dalam ayat-ayat ini (31-34) tidak mungkin percakapan seorang
kanak-kanak. Semua pernyataan dari mulut seorang anak kecil dianggap ucapan
dusta belaka, dan siapakah yang akan
menyebut ucapan-ucapan dusta sebagai suatu mukjizat? Ketika itu Isa a.s. bukan
nabi, begitu pula belum melakukan shalat atau zakat ataupun diberi Kitab.
Lagi pula dalam QS.3:47 mukjizat ini
diterangkan dengan peristiwa bahwa Isa a.s. telah berbicara kepada orang banyak
ketika beliau masih dalam buaian dan juga ketika dalam tengah umur. Tetapi
percakapan seseorang dalam pertengahan umur
sekali-sekali bukan mukjizat lagi, dan dengan mencantumkan kata
"buaian" bersama kata-kata "sudah pertengahan umur"
Al-Quran seolah-olah mengemukakan bahwa percakapan Isa a.s. dalam buaian maupun ketika beliau telah mencapai pertengahan
umur tidak merupakan mukjizat dalam artian yang biasa diartikan umum, tetapi
memang suatu mukjizat dalam artian bahwa beliau mengucapkan kata-kata yang luar
biasa bijaknya di masa kanak-kanak
maupun di pertengahan umur.
Digabungkannya dua pasang kata itu
mengandung pula suatu nubuatan bahwa Nabi Isa a.s tidak akan mati muda, tetapi
akan hidup lama hingga mencapai usia tua dengan penuh kedewasaan. Nubuatan ini
sungguh mengandung mukjizat yang sebenar-benarnya. Tetapi bila kata mahd diberi arti "masa
persiapan" yang juga merupakan salah satu dari arti-arti kata ini,
kemudian ayat QS.3:47 akan berarti bahwa
Nabi Isa a.s. akan berbicara kepada orang banyak dengan kata-kata yang penuh
dengan hikmah dan ilmu ruhani yang luar biasa, jauh di atas umur dan pengalaman
beliau. baik di masa persiapan, yaitu di masa muda, maupun dalam masa
pertengahan umur. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai jawaban Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s.:
وَ السَّلٰمُ
عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدۡتُّ وَ یَوۡمَ اَمُوۡتُ
وَ یَوۡمَ اُبۡعَثُ
حَیًّا ﴿ ﴾ ذٰلِکَ
عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَقِّ الَّذِیۡ فِیۡہِ
یَمۡتَرُوۡنَ ﴿ ﴾
"Dan selamat-sejahtera atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku mati, dan pada hari aku akan
dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa ibnu Maryam, suatu perkataan haq yang
mengenainya mereka saling berbantah. (Maryam [19]:34-35).
Ungkapan
"Ibn Maryam" merupakan nama khas Isa a.s. Di satu pihak
ungkapan ini menunjuk kepada kelahiran
beliau tanpa ayah, di pihak lain ungkapan ini memberi beliau nama, yang
tidak mungkin dikacaukan dengan nama orang lain. Injil telah mempergunakan nama
kecil "Ibn Adam" (anak manusia) bagi beliau, tetapi nama kecil ini
telah dipakai pula dalam Bible untuk orang-orang lain. "Ibn Maryam"
(Anak Maryam) sekaligus merupakan nama khusus dan nama sifat beliau.
Kelahiran dan Wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Mengundang Kontroversi
Barangkali tidak ada orang lain dalam sejarah
agama yang mengenainya terdapat perselisihan
yang begitu banyak dan begitu jauh jangkauannya seperti Isa anak Maryam.
Orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen, dan orang-orang Islam semuanya
berpegang pada pandangan-pandangan yang sangat berlainan mengenai kelahiran
Nabi Isa a.s., cara beliau menemui ajal, dan juga mengenai beberapa peristiwa
yang penting dalam kehidupan beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَا کَانَ
لِلّٰہِ اَنۡ یَّتَّخِذَ مِنۡ وَّلَدٍ ۙ
سُبۡحٰنَہٗ ؕ اِذَا قَضٰۤی اَمۡرًا
فَاِنَّمَا یَقُوۡلُ لَہٗ کُنۡ فَیَکُوۡنُ
﴿ؕ ﴾ وَ
اِنَّ اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبُّکُمۡ فَاعۡبُدُوۡہُ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿ ﴾ فَاخۡتَلَفَ الۡاَحۡزَابُ مِنۡۢ بَیۡنِہِمۡ ۚ
فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
مَّشۡہَدِ یَوۡمٍ عَظِیۡمٍ ﴿ ﴾
Sekali-kali tidak
layak bagi Allah mengambil seorang anak, Mahasuci Dia. Apabila
Dia menetapkan suatu perintah Dia
maka sesungguhnya Dia hanya berfirman
mengenainya: "Jadilah” maka terjadilah.
Dan sesungguhnya Allah
adalah Tuhan-ku dan Tuhan kamu,
maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus." Tetapi golongan-golongan itu berselisih di
antara mereka maka celakalah bagi orang-orang kafir pada
waktu menyaksikan Hari yang besar. (Maryam [19]:36-38).
Umat
Kristen percaya bahwa Isa a.s. adalah anak Tuhan, mereka menyandarkan
kepercayaan ini kepada anggapan bahwa
Bible menyebut beliau “anak Allah." Tetapi dalam Bible orang-orang
yang lain pun telah disebut atau dipanggil "anak Allah". Nabi Isa
a.s. tidak mernpunyai kemuliaan yang istimewa dalam hal Ini, karena itu beliau sebagai "anak Allah"
tidak lebih dari halnya pribadi-pribadi lain yang telah mendapat panggilan yang
serupa (Lukas 20; 36; Yermia 31:9; Matius 6:9; Yahya 8:41 & Epesus
4:6).
Dalam bahasa Arab kata kun selain
dialamatkan kepada sesuatu, dipergunakan pula untuk menyatakan keinginan yang
sangat dirasakan. Dalam satu gerakan militer, seorang sahabat Nabi Besar
Muhammad saw. yang sangat berani dan setia, yaitu Abu Khaisamah, kebetulan tidak ikut serta. Beliau
saw. sangat merasakan ketidak-hadirannya. Ketika tengah berkecamuknya
peperangan, beliau melihat dari jarak jauh seorang penunggang kuda sedang
menuju arah beliau dengan kecepatan tinggi, beliau berteriak: "Kun Abu Khaisamah!" (Jadilah Abu Khaisamah), maksudnya
mudah-mudahan orang itu Abu Khaisamah, dan benar juga orang itu Abu
Khaisamah (Halbiyah). Jadi, kata kun mengandung arti bahwa
apabila Allah Swt. menginginkan atau menghendaki sesuatu terwujud maka
sesuatu itu terwujudlah; atau bila Allāh Swt. menyatakan sesuatu keinginan maka
keinginan itu memperoleh bentuk yang nyata. Kata itu tidak
mendukung pandangan bahwa ruh dan benda itu azali atau sama kekalnya
seperti Allah.
(Bersambung).
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
“Pajajaran
Anyar”, 28 Agustus 2012
Ki Langlang Buana Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar